FaktualNews.co

Untuk Pesan Dakwah

Lulusan SMP di Pelosok Bandung Barat, Bangun Masjid Mirip Ka’bah

Religi     Dibaca : 1041 kali Penulis:
Lulusan SMP di Pelosok Bandung Barat, Bangun Masjid Mirip Ka’bah
FaktualNews.co/Istimewa.
Masjid mirip Ka'bah di Bandung Barat.

BANDUNG BARAT, FaktualNews.co– Lantunan adzan menggema di langit sore Kampung Cikoneng, RT 02/15 Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Suara merdu muadzin jadi penanda hari sudah memasuki waktu asar. Adzan itu sekaligus menjadi panggilan jiwa bagi para petani yang tengah berada di ladang dan kebun mereka.

Dari kejauhan, satu per satu warga mulai melangkahkan kaki di jalan rusak penuh bebatuan menuju rumah ibadah, masjid unik dengan desain mirip Ka’bah bernama Masjid Al-Fikri.

Berada di pelosok yang jauh dari hingar bingar kota, masjid ini berdiri kokoh di atas lahan seluas 119 meter persegi. Masjid Al-Fikri dibangun dengan ornamen-ornamen kaligrafi dan replika hajar aswad yang didesain mirip seperti aslinya.

Dedi Al-Fikri (46), seorang warga Kampung Cikoneng, penggagas masjid berbentuk Ka’bah menceritakan bagaimana ia memulai mendesain dan mengumpulkan uang untuk membangun masjid.

Dedi hanya seorang warga biasa yang hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMP. Namun ia mampu mendobrak stigma bahwa sekolah tinggi tak menjadi jaminan untuk ahli melakukan sesuatu.

“Masjid ini dibangun tahun 2022 kemarin. Saya memang punya nazar pengin membangun masjid sebelum berangkat haji ke Mekah. Saya ingat nazar itu dari usia SMP,” ungkap Dedi saat ditemui, Kamis (6/4/2023).

Bukan hanya bualan belaka, keinginan Dedi untuk membangun masjid itu berangkat dari keprihatinannya akan kondisi masjid. Janji yang diucap Dedi kemudian mengkristal dalam benaknya dan ia wujudkan perlahan.

“Dulu masjid ini berukuran kecil, kumuh, gak layak buat tempat ibadah. Masjid ini perlahan diperbaiki sedikit demi sedikit menggunakan dana seadanya. Setidaknya sudah tiga kali perbaikan,” ucap Dedi.

Ia mengumpulkan rupiah demi rupiah dari hasil usahanya sejak lama. Dedi sempat menjadi pembudidaya ikan gabus yang mampu mengekspor ke Jepang, menjadi petani yang berdikari, sampai menjajal dunia konveksi.

Setelah terkumpul cukup tabungan, Dedi sempat dilema apakah harus mewujudkan nazarnya atau menyempurnakan Rukun Islam. Sebagai lelaki sejati, Dedi pantang ingkar pada janji yang sudah ia ucap.

“Saya kumpulkan dulu warga sekitar untuk menyampaikan rencana pemugaran masjid. Kemudian saya tawarkan kepada warga yang mau ikut sedekah jariyah membangun masjid ini,” ungkap Dedi.

Didesain Mirip Seperti Ka’bah

Hingga akhirnya masjid itu dibangun dengan penuh hati-hati. Dedi menyiapkan desain dan menyusun ornamen apa saja yang harus terpasang sehingga masjid ini dibuat mirip seperti Ka’bah.

Terdapat kaligrafi di bagian atas yang melingkar mengelilingi bangunan berbentuk persegi itu. Kaligrafi itu memuat surat-surat yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an.

Selain di bagian atas, terdapat pula replika daun pintu Ka’bah dengan kaligrafi yang memuat pesan sejarah rasul atau sirah nabawiyah.

“Kaligrafinya dikerjakan oleh santri lokal, mulai dari kaligrafi Al-Fatihah, salawat, sampai sejarah atau sirah nabawiyah,” tutur Dedi.

Dedi tak hanya menyematkan ornamen-ornamen kaligrafi, ia juga membuat replika hajar aswad di sudut bangunan. Hajar aswad itu dibuat semirip mungkin dengan bentuk aslinya.

“Masyarakat setidaknya jadi tahu bagaimana bentuk Ka’bah dan bagaimana hajar aswad. Desain masjid ini mengandung pesan, dan saya ingin berdakwah semampu saya,” kata Dedi.

Memang ukurannya tidak besar, tapi masjid ini menjadi sentral tempat ibadah warga Kampung Cikoneng. Setidaknya masjid ini bisa menampung 200 jamaah. Jumlah itu cukup untuk menampung jemaah salat tarawih selama Ramadan.

“Rencana ke depan ingin diluaskan lagi. Tapi untuk sementara, segini cukup buat menampung jemaah,” tuturnya.

Dedi tak mau muluk-muluk seperti Masjid Al-Jabar yang dibangun dengan anggaran fantastis, cukup dengan sederhana tapi memiliki pesan dakwah.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin
Sumber
kompas.com