FaktualNews.co

Penyakit Akibat Polusi Udara yang Pantang Disepelekan

Kesehatan     Dibaca : 905 kali Penulis:
Penyakit Akibat Polusi Udara yang Pantang Disepelekan
FaktualNews.co/Istimewa.
Ilustrasi polusi udara.

 

JOMBANG, FaktualNews.co – Polusi udara adalah salah satu masalah lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Tidak hanya menurunkan kualitas udara, polusi udara ternyata juga bisa memicu berbagai penyakit.

Kenali berbagai penyakit akibat polusi udara dan dampaknya pada kesehatan berikut ini.

Penyakit Akibat Polusi Udara

Dikutip dari SehatNegeriku (4/4/2023), data Global Burden Diseases and Injuries Collaborators 2019 menunjukkan, ada 5 penyakit akibat polusi udara dengan prevalensi tertinggi secara global, yakni:

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
  • Pneumonia
  • Kanker paru-paru
  • TBC atau tuberkulosis
  • Asma

Menurut data tersebut, tingkat kematian penyakit akibat polusi udara tersebut cenderung tinggi.

Perinciannya, kematian akibat PPOK mencapai 3,2 juta jiwa, pneumonia mencapai 2,6 juta jiwa, kaker paru-paru mencapai 1,8 juta jiwa, TBC mencapai 1,2 juta jiwa, dan asma mencapai 455 ribu jiwa.

Kondisi secara global tersebut tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Beberapa penyakit akibat polusi udara di atas termasuk dalam daftar 10 penyakit yang paling banyak diderita warga Indonesia.

Tak hanya menimbulkan penyakit, polusi udara ternyata juga menurunkan kualitas sampai harapan hidup seseorang.

Polusi Udara Menurunkan Usia Harapan Hidup

Pakar paru-paru dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menyebutkan, dampak polusi udara juga dapat memangkas usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata 1,2 tahun.

Perlu diketahui, menurut data Healthy Adjusted Life Expectancy (HALE) oleh WHO pada 2019, rata-rata usia harapan hidup orang Indonesia 62,8 tahun. Usia tersebut di bawah standar usia harapan hidup WHO yakni 71,3 tahun.

“Indonesia gagal memenuhi kriteria konsentrasi PM 2,5 yang ditetapkan WHO. Akibat polusi udara, rata-rata individu di Indonesia kehilangan 1,2 tahun usia harapan hidup,” jelas Agus, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (13/2/2023).

Guru Besar Tetap bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi ini menyebutkan, buruknya kualitas udara di kota besar seperti Jakarta memangkas lebih banyak usia harapan hidup warganya.

“Penduduk di kota besar seperti Jakarta dapat kehilangan sekitar 2,3 tahun usia harapan hidup apabila terpajan dengan level polusi udara yang sama secara terus menerus,” papar dia.

Agus membeberkan, polusi udara berkontribusi terhadap sekitar 11,65 persen kematian secara global dan merupakan salah satu faktor risiko beban penyakit.

“Sebagai sistem yang berinteraksi langsung dengan udara dari luar ruangan, sistem pernapasan sangat rentan terhadap polusi yang terkandung dalam udara,” jelas Agus.

Menurut Agus, polutan atau sumber polusi udara dapat mengiritasi saluran napas, memicu peradangan, dan stres oksidatif di saluran pernapasan.

Dampaknya dapat merusak sistem pernapasan. Penyakit akibat polusi udara tersebut bisa muncul secara tiba-tiba atau akut, atau pun berangsur-angsur memburuk atau kronik.

Gotong Royong untuk Mengurangi Polusi Udara 

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, polusi udara adalah faktor penyebab penyakit paru-paru yang menyumbang 15-30 persen dari keseluruhan pemicu masalah kesehatan ini.

Di luar polusi udara, penyakit ini juga bisa dipicu riwayat merokok, infeksi berulang, sampai faktor genetik.

Untuk meminimalkan dampak polusi udara pada kesehatan, Menkes mendorong upaya promotif preventif untuk meminimalkan dampak polusi udara.

“Upaya-upaya dilakukan dengan melibatkan lintas sektor. Karena ini permasalahan lingkungan dan kita ada di dalamnya dan ini harus diatasi bersama-sama,“ kata Menkes.

Setelah menyimak penyakit akibat polusi udara di atas, ada baiknya kita mulai mengambil bagian untuk melindungi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Caranya bisa dimulai dari mengurangi emisi polutan demi kesehatan pernapasan yang lebih baik di kemudian hari.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin
Sumber
kompas.com