LAMONGAN, FaktualNews.co– Terdapat dua kepemimpinan rektor Pj Rektor Dody Eko Wijayanto dan Pj Rektor Abdul Ghofur di kampus Universitas Islam Lamongan (Unisla), ratusan mahasiswa Universitas Islam Lamongan (Unisla) yang tergabung dalam Dewan Pimpinan Mahasiswa (DPM) menggelar aksi unjuk rasa di dalam kampus depan rektorat, Rabu (17/05/2023).
Para mahasiswa meminta agar dualisme kepemimpinan di Unisla segera diselesaikan, lantaran perseteruan yang saat ini berlangsung antar pimpinan tersebut dianggap sangat mengganggu mahasiswa.
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Unisla, Adisti Prisma Putri dalam orasinya mengatakan, selain menolak dualisme kepemimpinan di Unisla, mahasiswa juga mengecam keras aksi intimidasi dan intervensi kepada mahasiswa agar berpihak pada salah’ satu pihak. “Kami minta kepada bapak-bapak agar menyudahi konflik dualisme kepemimpinan ini karena ini sangat menganggu kami,” ucapnya.
Para mahasiswa juga menuntut rektorat harus memberikan kepastian dan kejelasan terkait pembayaran administrasi agar tidak menyebabkan kebingungan bagi mahasiswa dalam prosedur administrasi serta adanya transparansi pengembalian dana KIP. “Kami juga berharap agar pihak kampus memberikan kepastian pada mahasiswa terhadap edaran akademik dengan jadwal yang konkrit,” terang Adisti, ketua DPD Unisla.
Sementara itu, Kubu Yayasan lama Wardoyo, ketua yayasan Sunan Giri Lamongan mengatakan. Perjuangan dalam pendirian Unisla oleh yayasan Sunan Giri Lamongan ini banyak pengorbanan. Namun tiba-tiba saja orang yang menamakan sebagai orang yang hebat tiba-tiba membuat yayasan baru dengan merampok lembaga ini. “Tiba-tiba di sini ada rampok bernama Bambang dengan menggunakan alat yang dilegalkan untuk merampas semua,” ujar Wardoyo.
Ditempat yang sama, Pj Rektor Unisla, Abdul Ghofur memastikan, tidak membuat mahasiswa terganggu apalagi sampai berdampak pada mata kuliah mahasiswa. “Pemimpin itu penting untuk bertanda tangan terkait data dan diakui terkait legalitas mahasiswa,” kata Pj Rektor menjelaskan.
Nantinya akan ada rektor terpilih yang terbaru dan yang akan menandatangani kelanjutan mahasiswa, karena syarat rektor harus memiliki LPPM sebagai jabatan fungsional dan lain sebagainya. “Semua kegiatan mahasiswa semua dilaporkan melalui dosen dan saya yang tanda tangan kemarin. Kalau tidak peringkat kita akan jeblok,” jelas Abdul Ghofur, Pj Rektor Unisla.
Usai mendengar penjelasan tersebut, para mahasiswa membubarkan diri, serta memberikan peringatan kepada pihak kampus untuk penyelesaian dualisme kepemimpinan dalam kurun waktu 2 x 24 jam. Tidak perduli siapapun orangnya yang memimpin Unisla yang terpenting agar segera ada penyelesaian agar tidak merugikan mahasiswa.