Nasional

Ratusan Ulama dan Pengasuh Ponpes se-Indonesia Kumpul di Lamongan, Halaqah Nasional

LAMONGAN, FaktualNews.co – Sebanyak 500 ulama NU se-Indonesia akan berkumpul di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan. Kegiatan Nasional para Ulama atau Halaqah Rabithah Ma’hid Al-Islamiyah PBNU tersebut dilaksanakan selama 3 hari yang akan dibuka pada Senin (11/07/2023) besok.

Selain para ulama NU terkemuka dari seluruh daerah, Halaqah juga melibatkan seluruh pengasuh pesantren, seperti Forum Komunikasi Pendidikan Muadalah (FKPM), Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (Amali), Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal (Aspendif), Forum Komunikasi Pendidikan Pesantren Salafiyah (FKPPS) dan Forum Komunikasi Diniyah Takkmiliyah (FKDT).

Ketua (Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah) PBNU, KH. Hodri Arif mengungkapkan, tidak sekedar festival kesenian pesantren atau membahas pengasuh pesantren yang tidak mengerti tentang mengaji saja, problem nasional kekinian juga ikut dibahas.

“Halaqah ini adalah forum ulama-ulama mendiskusikan tantangan peradaban baru dan menghasilkan solusi melalui metode dan tradisi keislaman Indonesia yang inklusif,” kata KH Hodri, Ketua RMI PBNU saat dikonfirmasi wartawan. Senin (10/07/2023).

Menurutnya, Republik Indonesia kini tengah menghadapi tiga tantangan serius dalam kaitannya dengan kebangsaan dan keumatan. Ketiga tantangan tersebut adalah kelangkaan ulama, modernitas, dan masalah kebangsaan.

“Untuk itu para ulama bertemu untuk menghasilkan resolusi yang tepat agar persoalan tersebut dapat ditangani, “ jelas KH Hodri.

Lebih jelasnya KH Hodri menambahkan, dinamika Islam di Indonesia sering dikooptasi kepentingan pragmatis yang menggunakan sentimen identitas. Hal itu dapat berimplikasi memecah belah umat yang dapat berpengaruh pada nasionalisme.

“Makanya halaqah ulama ini akan mendesain peta jalan tatanan peradaban baru yang adil, harmonis, dan menjunjung tinggi kesetaraan dan martabat umat manusia, “ ujarnya

Lebih jauh, Ketua RMI PBNU itu menjelaskan, dalam pertemuan ini akan muncul banyak isu strategis yang dibahas KH Ulil Abshar Abdalla, dengan menyoroti pentingnya kontekstualisasi kitab kuning yang ditulis oleh ulama klasik agar tetap relevan pada masa kini.

“Dalam kitab-kitab klasik, kita mengenal istilah kafir dzimmi, saat ini kita perlu bertanya pakah kategori seperti ini masih bisa kita pakai, atau kita pahami ulang secara lebih kontekstual. Pertanyaan lain yang harus dipikirkan ulang adalah bagaimana kedudukan minoritas (terutama minoritas agama) dalam negara bangsa ditinjau dari sudut fikih siyasah kita?”, tuturnya.

Sudah sepantasnya, KH Hodri menambahkan, Indonesia sebagai negara mayoritas Islam terbesar di dunia memiliki identitas kuat yang memiliki ciri khas. Tidak bisa dipungkiri, muslim Asia Tenggara di percaturan global sering dianggap muslim kelas dua karena mereka bukan native speaker bahasa Arab. Bahkan kajian Islam di Barat pun didominasi Islam yang berkembang di kawasan Timur Tengah.

“Jarang sekali ditemui pusat kajian Islam kawasan Melayu di sejumlah perguruan tinggi Timur Tengah, bahkan di Al-Azhar pun belum ada” tandasnya.

Sementara itu. Panitia Pengarah Acara, Hatim Gazali mengatakan, fokus pertemuan tiga hari ini adalah merumuskan peta jalan tatanan peradaban baru bagi pesantren. Zaman yang terus berubah telah membawa pesantren dan masyarakat ke era disrupsi yang tak terpikirkan sebelumnya.

“Perlunya perumusan kembali manhaj sekaligus upaya merevitalisasi kitab kuning agar dapat menjawab problematika kekinian. Selain itu, dalam halaqah ini juga akan dibincangkan apa dan bagaimana konsekuensi jika dalam Undang-Undang disebutkan bahwa pesantren menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional” ungkapnya

Hatim Gazali menambah, ketika umat Islam berada di tengah gelombang transnasionalisme yang membawa pengaruh tak menentu, diperlukan penguatan peran pondok pesantren dalam tatanan dunia baru tersebut.

“Di sinilah kita akan membahas berbagai hal terkait dinamika pesantren dan masyarakat di zaman yang berubah,” imbuhnya.

Untuk diketahui, kegiatan Halaqah Ulama Nasional bertema ‘Menyambut Peradaban Baru, Menguatkan Pesantren dan Revitalisasi Kitab Kuning’ diinisiasi Persatuan Pondok Pesantren Indonesia PBNU. Para tokoh-tokoh Nahdliyyin yang bakal hari dalam acara tersebut, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, Menkopolhukam,Prof. Dr. KH. Mahfudz MD dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.