TUBAN, FaktualNews.co- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar merencanakan ziarah ke Makam Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang.
“Kami akan ziarah, setelah menyelesaikan semua rangkaian ziarah makam wali songo (sembilan wali),” kata Wakil Sekretaris Dewan Syuro PKB Maman Imanul Haq di Tuban, Sabtu (8/9/2023).
Secara pribadi, dirinya dan dewan Syuro PKB telah melalukan ziarah ke Makan Gus Dur dan diterima dengan baik pihak keluarga.
“Bagaimanapun kami selalu menghormat orang-orang tua,” ujarnya.
Dia menjelaskan sosok Gus Dur di PKB sebagai orang tua, sekaligus mantan presiden, sehingga tidak ada kata untuk saling membenci antara satu sama lain. Bahkan Gus Dur oleh sebagian besar masyarakat telah dianggap sebagai wali ke-10.
Terkait konflik antara Muhaimin dan Keluarga Gus Dur, Maman menegaskan semua pihak hanya ingin mendudukkan seluruh masalah secara proporsional.
“Kami menghormati Gus Dur, menghormati keluarganya, dan tentu akan ada komunikasi. kami hanya butuh waktu nanti, siapa yang memfasilitasi,” katanya menegaskan.
DPP PKB melaksanakan tour dan napak tilas perjuangan Wali Songo, 7-10 September 2023. Sesuai jadwal, tour dimulai dari Cirebon mengunjungi Makam Sunan Gunung Jati, lalu ke Demak mengunjungi Makam Sunan Kalijaga dan Sunan Muria.
Selanjutnya menuju Kudus mengunjung makam Sunan Kudus, lalu ke Tuban mengunjungi Makam Sunan Bonang, dan ke Lamongan mengunjungi Makam Sunan Drajat.
Rute berikutnya menuju Gresik mengunjungi makam Sunan Giri dan Sunan Gresik dan berakhir di Surabaya untuk ziarah Makam Sunan Ampel.
Beberapa waktu lalu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengaku sangat yakin bahwa Gus Dur adalah seorang waliyullah (kekasih Allah).
“Sekarang jadi kenyataan. Sekarang Gus Dur sungguh-sungguh masuk dalam rangkaian resmi biro-biro travel ziarah Wali Songo untuk mampir ke Tebuireng dan ziarah kepada wali ke-10 yaitu Sunan Abdurrahman Wahid,” kata Gus Yahya dalam Haul Ke-13 Gus Dur di Jakarta.
Gus Yahya menjelaskan bahwa tradisi di NU apabila ada tokoh besar dengan warisan yang besar dan kompleks maka akan secara gampang dipercaya sebagai waliyullah.
“Jadi banyak kiai NU yang diyakini sebagai waliyullah karena warisan-warisan besar yang dapat dianggap berskala peradaban,” katanya.
Ia menyebutkan di antaranya Syekh Kholil Bangkalan, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Abdul Hamid Pasuruan, dan KH Ali Maksum Krapyak.