LAMONGAN, FaktualNews.co- Sebanyak tiga hal pendukung Indonesia Emas 2045. Pertama pemahaman tentang Ideologi Negara dan Bela Negara. Kedua, Aswaja dan Pencegahan Radikalisme, Intoleransi, Gerakan Nasional Revolusi Mental, Napza. Ketiga materi pembentukan karakter mahasiswa yang menghargai kemanusiaan dan membangun kesehatan mental.
Hal tersebut diungkapkan Dandim 0812 Lamongan, Letkol Arm Ketut Wira Purbawan kepada mahasiswa Universitas Islam Lamongan (Unisla) sebagai generasi bangsa yang memiliki karakter kebangsaan, ke-Islaman moderat sekaligus memiliki karakter keilmuan untuk menjadi tulang punggung menciptakan Indonesia Emas tahun 2045 dalam Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB).
“Penting sekali untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dengan karakter tangguh, disiplin dan bertanggung jawab,”kata Letkol Arm Ketut Wira Purbawan usai memberikan materi di Kampus Unisla, Sabtu (23/9/2023).
Selain itu, lanjut Dandim Lamongan, mahasiswa ini karena mau tidak mau bisa atau tidak bisa akan menghadapi Indonesia Emas 2045. Artinya mereka saat ini perlu dipersiapkan.
Sebab, tambah Dandim, Indonesia Emas kurang lebih 22 tahun lagi, ketika para mahasiswa baru Unisla ini mencapai usia 40 tahun, maka mereka harus mau menerima tongkat estafet kepemimpinan.
“Mereka generasi penerus bangsa, tentunya harus berkualitas. Oleh karena itu, siap atau tidak siap, mau tidak mau mereka harus menerima estafet kepemimpinan kita,” ujarnya.
Letkol Arm Ketut Wira Purbawan mengaku, setiap pemimpin pasti ada masanya dan setiap masa ada pemimpinnya. Untuk membentuk dan mencetak mahasiswa, menurutnya, menjadi tanggung jawab tugasnya bersama kampus atau universitas.
“Kita sebagai orang tua, tentunya akan bangga, ketika anak negeri kita menjadi lebih sukses. Serta siap menjadi tulang punggung dalam menciptakan Indonesia emas karena merekalah generasi emas sebetulnya,” tuturnya.
Letkol Arm Ketut Wira Purbawan juga memberikan pesan moral sebagai warganegara Indonesia yang menghormati adat ketimuran. Karena sebagai intelektual tugasnya itu fokus untuk belajar dan menghargai ketika ada orang yang berbicara itu bagian dari warisan leluhur. Sehingga mereka tidak mengabaikan tanggung jawabnya untuk fokus belajar.
“Jadi ketika mereka belajar harus bisa membiasakan fokus belajar bukan belajar biasa melakukan kesalahan,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Rektor III Unisla Bidang Kemahasiswaan dalam PKKMB ke mahasiswa baru diberikan tiga materi. Ketiga materi tersebut, ideologi dan bela negara, ke-Islaman serta perundungan napza.
“Materi pertama ini penting bagi generasi muda. Apalagi di tengah deskripsi informasi yang luar biasa bahwa bagaimana kita menjadi mahasiswa yang mampu untuk mengartikulasikan dan mengekspresikan ideologi bernegara mereka di tengah revolusi industri di tengah revolusi digital,” ujar Winarto Eka Wahyudi.
Untuk materi Aswaja dan Pencegahan Radikalisme, Intoleransi, Gerakan Nasional Revolusi Mental, Napza, Eka menjelaskan, ini diberikan karena trend atau isu-isu yang harus direspon mahasiswa ke depan.
Serta yang ketiga adalah materi pembentukan karakter mahasiswa yang menghargai kemanusiaan dan membangun kesehatan mental.
Menurutnya, materi ini untuk membentuk satu perspektif dan landasan epistemologi baru.
“Mahasiswa Wajib memiliki karakter keislaman moderat, karakter keilmuan serta karakter kebangsaan secara sekaligus. Sehingga mereka bisa mengahadapi Indonesia Emas,” pungkasnya.