JOMBANG, FaktualNews.co– Bupati Jombang Mundjidah Wahab akan mengakhiri jabatannya sebagai orang nomor 1 di Kabupaten Jombang.
Selama masa kepemimpinannya, banyak program dari 9 janji politik yang dijanjikan. Namun, ada yang menarik selama Bupati perempuan pertama di Jombang ini menjabat.
Selama dipimpin Mundjidah Wahab, Kabupaten Jombang menjadi daerah yang kerap kali didatangi tim Rekor MURI. Hal itu bukan tanpa alasan, karena tercatat ada sekitar 7 rekor muri yang digapai Pemkab Jombang selama dipimpin Mundjidah Wahab.
Dari catatan yang dikumpulkan KabarJombang.com, ada sebanyak 7 rekor MURI yang membuat nama Kabupaten Jombang merangsek ke kancah nasional. Seperti Pemkab Jombang yang mencatat sejarah dengan memecahkan tiga Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dalam satu hari.
Tiga Rekor MURI yang dipecahkan di antaranya Pagelaran Seni Rodat Ishari oleh Pelajar Terbanyak yakni dengan jumlah peserta 37.816 Peserta.
Pelajar Terbanyak Mengenakan Busana Sarung dan Songkok yaitu dengan jumlah peserta 37.816 Peserta dan Sholawat Tibbil Qulub oleh Pelajar Terbanyak dengan jumlah 100.113 Peserta.
Kegiatan spektakuler tersebut diikuti oleh pelajar mulai dari tingkat SD hingga SMP se-Jombang yang dipusatkan di Alun-alun Kabupaten Jombang. Selain itu, kegiatan juga dilakukan secara serentak di 21 Kecamatan di Jombang, pada Sabtu (29/7/2023).
Sebelumnya, Pemkab Jombang juga memecahkan rekor MURI lainnya yakni pelajar dan masyarakat yang mengikuti pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) tari Remo Boletan di Alun-alun Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (11/10/2022).
Tari Remo Boletan ini dibawakan oleh 41.112 penari mulai pelajar Paud, SD, SMP, SMA/SMK, Guru, dan ASN itu berhasil memecahkan rekor MURI tari Remo Boletan terbanyak se Jawa Timur.
Jauh sebelum itu, Bupati Jombang juga pernah menerima Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan No. 10077/R.MURI/X/2021 atas Rekor Pemrakarsa dan Penyelenggaraan Tingkeban Massal di 22 tempat secara virtual dengan peserta terbanyak.
Tingkeban Massal yang diikuti 660 Ibu Hamil dari 21 Kecamatan di Kabupaten Jombang tersebut menjalani prosesi pecah cengkir di 22 titik termasuk di Pendopo Pemkab Jombang pada Sabtu, (23/10/2021).
Lalu yang terbaru yakni pemecahan dua rekor Muri sekaligus yakni Sajian Sego Kikil (Gokil) 15 ribu porsi dan juga tumpeng lele setinggi 4,2 meter dengan 4.000 ikan lele.
Tim rekor Muri Nasional, Sri Widayati mengatakan, pemecahan rekor muri ini nantinya akan tercatat di museum rekor dunia. Beberapa prestasi juga sudah kita catat, setidaknya ada 5 prestasi di tambah hari ini 2 jadi total 7 yang tercatat di Muri.
“Hari ini, kita tadi sudah saksikan bersama Sego Kikil atau Gokil sajian 15 ribu porsi, dan juga ada tumpeng. Biasanya tumpeng nasi ini lele, dengan tingginya 4,2 meter, menghabiskan 4 ribu ikan lele,” ucapnya sekaligus secara seremonial memberikan penghargaan kepada Bupati Jombang, Mundjidah Wahab.
Sajian Sego Kikil terbanyak 15 ribu porsi dan kedua tumpeng ikan yang tingginya 4,2 meter dan menghabiskan 4 ribu ikan lele dan secara resmi sudah tercatat di museum Rekor Muri Indonesia.
Sejarah Museum Rekor Indonesia (MURI)
Jaya Suprana adalah tokoh Indonesia yang dikenal multitalenta atau ahli dalam banyak bidang. Ia bisa disebut sebagai seorang pianis, kartunis, budayawan, pemerhati sosial, hingga pengusaha. Ketika menyebut namanya kadang kita akan teringat dengan Museum Rekor Indonesia atau Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Pada 27 Januari 1990 atau tepat ketika ulang tahunnya yang ke-41, Jaya Suprana mendirikan MURI di kawasan Perindustrian Jamu Jago, Srondol, Semarang Selatan. Pendirian MURI disokong oleh Perusahaan Jamu Jago sebagai ekspresi semangat pengabdian terhadap kebudayaan perusahaan jamu tertua di Indonesia tersebut.
Peremsian saat itu disahkan oleh dua Menteri Koordinator Republik Indonesia, yaitu Menko Kesra Supardo Rustam dan Menko Polkam Sudomo. Turut hadir pula Ketua Palang Merah Indonesia saat itu, Ibnu Sutowo, dan Gubernur Jawa Tengah, Ismail.
Seiring berjalannya waktu, respons baik diberikan masyarakat terhadap museum ini. Rekor-rekornya tidak hanya terbatas di Indonesia saja, tetapi juga di tingkat dunia. Maka dari itu namanya pun berubah. setelah ada peresmian galeri MURI di kawasan wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada April 2005, diselipkan kata “Dunia” sehingga namanya menjadi Museum Rekok-Dunia Indonesia. Hampir satu dekade kemudian atau Pada 2014, MURI membuka Galeri di Mall of Indonesia, Jakarta, yang khusus menampilkan koleksi rekor-rekor dunia.
Mengutip laman resmi MURI, pada awal dekade 2000, istri Jaya Suprana, Aylawati Sarwono mulai berperan sebagai Direktur MURI yang gigih mengembangkan manajemen MURI menjadi lebih profesional melalui lembaga Institut Prestasi Nusantara. Kumpulan rekor MURI pun telah dibukukan dengan judul Rekor-Rekor MURI yang disunting oleh Aylawati Sarwono dan diberi kata sambutan oleh Presiden RI.
Selain menjadi lembaga pencatat rekor, MURI juga berfungsi sebagai lembaga swadaya masyarakat. Setiap tahunnya MURI aktif dalam menghimpun data dan capaian prestasi yang diterima anak bangsa.