SURABAYA, FaktualNews.co – Cuaca panas ekstrem mencapai 43 derajat celsius diprediksi akan melanda Surabaya, Jawa Timur, pada 12-15 Oktober 2023. Indeks sinar ultraviolet (UV) akan menyentuh angka 13 dan masuk kategori Sangat Tidak Sehat.
Situs AccuWeather menyebutkan, panas ekstrem mencapai 42 derajat celsius terjadi pada 12 Oktober 2023. Pada hari itu, indeks sinar UV 13 kategori Sangat Tidak Sehat.
Cuaca panas ekstrem tersebut bertahan selama tiga hari hingga 14 Oktober 2023. Indeks sinar UV juga masih di angka 13 dengan kategori Sangat Tidak Sehat.
Bahkan, pada 15 Oktober 2023, suhu panas Surabaya mencapai 43 derajat celsius. Namun, indeks sinar UV pada hari Minggu itu di angka 7 Tidak Sehat (sensitif).
Sementara dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) belum ada informasi prakiraan cuaca pada tanggal 12-15 Oktober 2023. Prakiraan cuaca yang muncul hanya untuk waktu sepekan ini.
Menanggapi informasi prakiraan cuaca yang mencapai 43 derajat celsius di Surabaya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto meragukan prediksi tersebut. Sebab, selama ini di Indonesia belum pernah terjadi suhu maksimum mencapai 42 derajat celsius.
“Sulit untuk mencapai 40 derajat celsius,” terang Guswanto seperti dilansir dari detikHealth, Senin (2/10/2023).
Guswanto mengungkapkan BMKG mempunyai alat pengukur suhu yang tersebar di sejumlah wilayah. Data pengamatan BMKG menyebutkan suhu maksimum terjadi pada 22-29 September 2023 di beberapa wilayah Indonesia.
Saat itu cuaca panas cukup tinggi dan suhu mencapai 35-38 derajat celsius pada siang hari. “Kami ada data observasi, juga ada data prakiraan. Kalau yang kita lihat saat ini adalah data observasi,” katanya.
“Jadi sudah diamati, nah kalau ingin melihat data yang prakiraan itu kami punya juga di www.bmkg.go.id hingga level kecamatan. Di sana ada suhu minimumnya berapa, suhu maksimumnya berapa. Itu sampai tujuh hari ke depan,” lanjutnya.
Ia menjelaskan penyebab suhu panas di Indonesia dipicu beberapa hal. Salah satunya dinamika atmosfer yang membuat cuaca sering cerah, sehingga tidak ada awan hujan dan mengakibatkan sinar matahari masuk tanpa hambatan ke bumi.
“Kedua, ada namanya gerak semu matahari yang seharusnya pada 23 September 2023 dia bergerak dari utara ke selatan. Nah dalam pergerakan di tanggal itu pas di ekuator, dan ekuator itu kan di Indonesia. Sehingga sinar matahari tadi memang lebih intens juga karena jaraknya lebih dekat ke ekuator,” paparnya.
Ia pun menerangkan cuaca panas ekstrem terjadi karena sebagian wilayah Indonesia bagian Selatan masih mengalami kemarau. Minimnya pertumbuhan awan hujan juga memicu udara terasa kering.