LAMONGAN, FaktualNews.co-Berawal dari teguran guru lantaran tak memakai sepatu, pelaku MNNH (14) melempar kursi ke arah korban guru Wiwik Ustrini (49) yang mengenai kaki korban hingga sampai pembacokan sang guru.
Peristiwa berdarah tersebut dibenarkan Kepala SMP Muhammadiyah 9 Sugio, Lamongan Muntasir.
“Sebelumnya saya kira siswa tersebut pamit pulang ke rumah mengambil uang ternyata mengambil sajam jenis bendo,” kata Muntasir Kamis (16/11/2023).
Tidak berhenti di situ penganiayaan murid terhadap guru SMP Muhammadiyah 9 Sugio Lamongan sampai ke pembacokan yang dilakukan siswa yang masih duduk di kelas VIII kepada guru IPA nya dengan menggunakan senjata tajam jenis bendo. Akibatnya jari tangan kiri korban terluka.
“Saat itu juga murid tersebut kami keluarkan dan kini siswa tersebut sudah kami kembalikan kepada orang tuanya,” ujar Muntasir.
Sementara itu, Chusnu Yuli Setyo, Kabid SMP Disdik Lamongan berpendapat perspektifnya siswa ini sedang ada masalah, entah masalah apa atau masalah kejiwaannya.
“Sebaiknya didampingi psikolog dulu, kalau misalnya akar masalahnya apa dan hingga si anak sampai bisa menangis dan bisa curhat, insya Allah nanti terurai masalahnya. Kita harus pelan-pelan menangani anak,” tuturnya.
Menanggapi masalah tersebut, Anggota Komisi D DPRD Lamongan Matlubur Rifa’ mengatakan, soal dikembalikan ke orang tua atau dikeluarkan dari sekolah itu masalah rumit terkait kenakalan anak di satu lembaga pendidikan sekolah, memang kalau dikembalikan ke orang tua menurutnya terlalu riskan dan bukan solusi terbaik.
Tetapi lembaga pendidikan itu memang memberikan efek jera agar tidak terulang dan berimbas ke anak-anak yang lain.
“Mungkin salah satu solusi ada penyetaraan ujian khusus yang setingkat, misal ada anak-anak yang melakukan kejahatan tapi hak pendidikan terpenuhi,” kat Rifa’
Anggota Komisi D yang membidangi pendidikan dan kesehatan tersebut menambahkan, usia pelajar tingkat menengah pertama memang tidak stabil dan labil, hingga perlu penanganan dan perhatian khusus pada anak-anak yang masih remaja agar mentalnya bisa stabil.
“Dengan pendidikan agama, pantauan orang tua dan komunikasi guru dan orang tua siswa. Saya kira sudah diketahui Dinas Pendidik kabupaten, karena sedikit masalah sekecil apapun pasti disampaikan, ada forum khusus diluar hearing diluar agenda rutin terkait dengan pendidikan, komisi bisa memanggil dinas,” ujar Rifa’ yang politisi PAN itu.
Lebih jauh Rifa’ menjelaskan, jangan sampai progam unggulan yakni pendidikan karakter ini tidak sukses, karena didalamnya mengajarkan kedisiplinan, etika, moral dan sikap.
“Memang ada beberapa satu atau dua anak yang berprilaku seperti itu, saya kira memang tidak semata-mata masalah yang ada di kelas, mungkin pergaulan yang ada diluar sekolah juga menjadi pantauan kita,” jelasnya.