JAKARTA, FaktualNews.co – Kasus Covid-19 kini kembali merebak seiring terjadinya pergantian musim ke musim dingin. Dalam berapa tahun terakhir, musim dingin memang kerap menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kasus Covid-19.
Salah satu negara tetangga RI yakni Singapura kini tengah memasuki musim dingin yang tengah berlangsung dari bulan September hingga Februari mendatang. Suhu berkisar antara akhir 20 hingga awal 30 derajat, dengan curah hujan dan badai petir diperkirakan terjadi setiap hari, dan tingkat kelembapan meningkat.
Pada minggu tanggal 19-25 November, perkiraan jumlah infeksi Covid-19 di Singapura meningkat dua kali lipat menjadi 22.094. Angka ini melonjak dibandingkan dengan minggu sebelumnya sebesar 10.726 kasus.
Pemerintah Singapura mengatakan peningkatan infeksi mungkin disebabkan faktor-faktor seperti musim perjalanan di akhir tahun dan menurunnya kekebalan penduduk.
Kenaikan kasus juga disebabkan menyebarnya EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi subvarian utama di Singapura, mencakup lebih dari 70% kasus yang diurutkan.
Kementerian Kesehatan Singapura (MoH) mengatakan saat ini tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar.
Memperhatikan peningkatan penyakit pernafasan di negara-negara belahan bumi utara pada bulan-bulan musim dingin, kementerian mengatakan kejadian penyakit pernafasan secara keseluruhan. Namun, mereka menegaskan tidak ada indikasi peningkatan penyakit pernapasan parah, termasuk pada anak-anak.
Kasus Covid Juga Naik di Malaysia Hingga India
China, yang mengalami lonjakan “penyakit mirip influenza” sejak pertengahan Oktober. Lonjakan tersebut disebabkan pencabutan pembatasan Covid-19 dan peredaran patogen yang diketahui, yaitu influenza dan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, termasuk pneumonia mikoplasma.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pihak berwenang China mengatakan mereka belum mendeteksi adanya “patogen yang tidak biasa atau baru” di bagian utara negara itu.
Dari Malaysia, kasus Covid-19 baru selama 19 hingga 25 November lalu mencapai 3.636 kasus. Angka tersebut melonjak 57,3% dalam sepekan. Pada pekan sebelumnya, jumlah kasus Covid-19 di Malaysia tercatat sebanyak 2.305 kasus.
Dari total kasus itu, merujuk keterangan Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Muhammad Radzi Abu Hassan, 98% orang yang terpapar menunjukkan gejala ringan.
Peningkatan kasus Covid-19 sebelumnya telah dikonfirmasi oleh otoritas kesehatan di Singapura, Malaysia, dan Filipina. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dinyatakan juga terpapar dan akan menjalani isolasi mandiri selama lima hari.
Istana Kepresidenan Filipina, dalam keterangan tertulis, Pada Selasa kemarin, menyebut kesehatan Marcos tidak memburuk sehingga dia bisa mengikuti sejumlah pertemuan daring.
Merujuk data Kementerian Kesehatan Filipina, terdapat 1.340 kasus positif Covid-19 dalam satu pekan terakhir.
Dari India, negara anak benua tersebut telah mencatat 83 infeksi virus corona baru, sementara kasus aktif tercatat sebanyak 512, menurut data Kementerian Kesehatan yang diperbarui pada 5 Desember 2023.
Dari Amerika Serikat, kasus Flu dan Covid-19 meningkat saat infeksi respiratory syncytial virus atau RSV yang meneyrang saluran pernapasan mulai menurun. Covid-19 terus menjadi penyebab terbanyak rawat inap dan kematian di antara semua penyakit pernapasan sekitar 15.000 rawat inap dan sekitar 1.000 kematian setiap minggunya.
Dikutip dari Reuters, Dr. Mandy Cohen, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), mengatakan kepada Subkomite Energi dan Perdagangan DPR tentang Pengawasan dan Investigasi akhir pekan lalu.
Terkait kasus flu, tujuh negara bagian melaporkan tingginya tingkat penyakit mirip flu pada awal November. Namun laporan CDC baru yang dirilis pada hari Jumat (1/12/2023) mengatakan bahwa penghitungannya kini mencapai 11 negara bagian terutama di Selatan dan Barat Daya.
Sementara itu, infeksi RSV telah meningkat tajam di beberapa bagian negara, sehingga membebani unit gawat darurat rumah sakit di Georgia, misalnya. Namun, “kami pikir kita sudah mendekati puncak musim RSV atau sekitar minggu depan,” kesaksian Cohen, seperti yang dilaporkan Associated Press.
RSV adalah penyebab umum gejala ringan seperti pilek, namun bisa berbahaya bagi bayi dan orang lanjut usia. Untungnya, vaksin dan obat yang mencegah infeksi RSV telah disetujui untuk pertama kalinya pada musim dingin ini.
Selama kesaksiannya, Cohen ditanya tentang kasus pneumonia pada anak-anak di Massachusetts dan Ohio, lapor AP. Ada sejumlah kemungkinan penyebab infeksi paru-paru, dan bisa jadi merupakan komplikasi dari Covid-19, flu, atau RSV, namun Cohen mengatakan “tidak ada bukti” bahwa kasus-kasus tersebut disebabkan oleh sesuatu yang tidak biasa.
Di Ohio, pejabat kesehatan telah melaporkan 145 kasus sejak Agustus dan sebagian besar anak-anak pulih di rumah. Penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai virus dan bakteri umum, lapor AP.
Di Massachusetts, pejabat kesehatan di sana mengatakan ada sedikit peningkatan kasus pneumonia pada anak-anak, namun hal ini sesuai dengan musim.
Kasus di RI juga Meningkat
Data infeksi emerging Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus Covid-19 di RI meningkat tajam sejak akhir Oktober 2023. Pada periode 1-26 Oktober, jumlah kasus tercatat 230 sementara angkanya melonjak 54% menjadi 355 pada 1-26 November 2023. Kenaikan ini diperkirakan sejalan dengan masuknya varian Eris atau EG.5 dan EG.2.
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mendesak masyarakat Indonesia untuk melakukan perlindungan ganda untuk mendapatkan vaksinasi dan mengikuti protokol kesehatan sebagai respons terhadap peningkatan infeksi Covid-19 terbaru di Singapura.
Ia berpesan kepada masyarakat yang belum mendapatkan dosis booster Covid-19 agar segera mendapatkan vaksinasi di fasilitas kesehatan terdekat.
Musim dingin di beberapa negara jatuh pada bulan September hingga Februari.