FaktualNews.co

Tandon Air di Lamongan Dibangun 1924, Kini Berusia 100 Tahun

Lingkungan Hidup     Dibaca : 707 kali Penulis:
Tandon Air di Lamongan Dibangun 1924, Kini Berusia 100 Tahun
FaktualNews.co/Faisol
Toren tandon air di titik 0 pusat kota Alun-alun Lamongan. 

LAMONGAN, FaktualNews.co-Bangunan Toren atau menara tandon air di titik 0 alun-alun Lamongan untuk menyetor atau mengalirkan dan menyediakan air minum untuk masyarakat Lamongan serta menjadi salah satu penanda wilayah Lamongan.

Toren air peninggalan masa kolonial yang dibangun pada tahun 1924 yang masih ada sampai saat ini sudah berusia 1 abad era Adipati Lamongan Raden Tumenggung Moerid Tjokronegoro tersebut berbentuk oktagonal 8 sisi bulat ini dibagi menjadi 3 bagian. Yakni bagian kaki, badan dan kepala dengan tinggi 13 meter dan luas 12 meter.

“Menara air, oleh warga disebut dengan Toren, dulu difungsikan untuk mengambil air dari Mantup untuk dialirkan ke masyarakat sekitar Lamongan kota,” kata Hidayat Ikhsan, budayawan dan pemerhati sejarah Lamongan, Senin (1/1/2024).

Dulu, lanjut Hidayat menceritakan dimasa penataan kembali beberapa kawedanan di Lamongan mendirikan perusahaan air minum Karisidenan dengan airnya dialirkan dari sumber air jernih di Mantup.

“Pertimbangan akan kebutuhan air bersih area Lamongan perkotaan. Sebelumnya dibangun tandon air pada 1919 di Mantup bernama Bronckaptering sumber bulus, kemudian tower alun-alun pada 1924 berkapasitas 30 liter/det,” ujarnya.

Pada tahun 1982 terjadi alihan status menjadi Badan pengolahan Air Minum (BPAM) yang beroperasi dibawah tanggung jawab Proyek Pengolahan Air Bersih (PPAB) Jawa Timur.

“Dua bangunan di masa kolonial Hindia Belanda, karena persediaan air di Mantup mulai menipis, akhirnya dialihkan pengambilan air di Babat,”ucap Hidayat.

Sementara itu, pak Bandri warga Lamongan yang kini berusia 80 tahun, mengatakan, Toren di alun-alun berfungsi mengambil air dari bukit Mantup kemudian berganti ke Babat lantaran geologi tanah Lamongan perkotaan ketika itu merupakan daerah akresi dari Bengawan Solo yang tanahnya berlumpur. Sehingga air tanah di daerah tersebut kurang baik untuk dikonsumsi.

“Tahun 1980-an, Toren alun-alun juga pernah menjadi salah satu tempat keramaian yaitu menjadi lokasi nonton bareng dengan disediakan televisi berukuran besar untuk masyarakat Lamongan,”tuturnya.

Di dalam Toren juga masih ada pipa besar untuk aliran air dan jika terdapat bangunan mulai dari rumah, Toren dan benteng pada masa kolonial pasti terdapat tulisan tahun pembuatannya.

“Toren air di alun-alun kini masih berdiri kokoh dan didalamnya juga masih ada pipa besar,”pungkas Pak Bandri.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Tim Redaksi FN