Kesehatan

Lansia Punya Bau yang Khas Mengapa?

JOMBANG, FaktualNews.co Tak perlu punya indera penciuman yang tajam untuk memahami bahwa kita mengeluarkan bau yang berbeda pada setiap tahap kehidupan.

Pada bayi misalnya, secara alami bayi-bayi mungil berbau harum dan menenangkan, walau mereka terkadang memuntahkan susu dan juga popok penuh oleh ompol.

Selama masa pubertas, remaja yang bersemangat biasanya memiliki bau yang mengingatkan kita pada bawang dan keringat.

Tubuh kita akan mengeluarkan bau yang berbeda lagi saat masuk usia senja. Ini bukan karena kita memakai parfum yang baru, tapi bau khas yang hanya dimiliki para lansia.

Jika kita tinggal bersama orangtua yang sudah sepuh atau kakek-nenek, kita akan menyadari hidung kita menangkap aroma mirip campuran bau minyak dan kapur barus yang tajam.

Bau para lansia ini sangat khas, bahkan ada istilah khususnya dalam bahasa Jepang, yaitu Kareishu, yang berarti “bau bertambahnya tahun”.

Penyebab bau khas pada tubuh manusia

Bau khas pada tubuh kita terbentuk dari keringat dan zat-zat yang diproduksi tubuh.

Secara umum ada dua kelenjar keringat, yaitu aprokin (di area tubuh yang berambut seperti ketiak dan genital), serta kelenjar ekrin (berada di seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki).

Usia pertengahan juga memiliki bau yang unik. Pria berusia 30-40 tahun biasanya mengeluarkan bau tubuh yang mirip dengan bau minyak lama, dan ini berbeda dengan bau lansia.

Menurut studi yang dilakukan perusahaan perawatan tubuh asal Jepang, Mandom, bau tersebut biasanya diproduksi di bagian atas dan belakang kepala, dan mencapai puncaknya di usia akhir 40-an.

Hal tersebut dipiicu peningkatkan level diacetyl, yaitu komponen yang tercipta ketika asam laktat dikeringat dipecah oleh bakteri. Jika kita ingin mengurangi aroma ini, gunakan produk yang memiliki aroma seperti kayu manis atau licorice karena flavonoid dari tanaman ini dapat mengurangi kadar diacetyl.

Semakin bertambahnya usia, bau unik dari tubuh pun berubah.

“Bau khas pada lansia tidak ada hubungannya dengan faktor kebersihan diri,” kata Dr.Eileen Tan dari RS Mount Elizabeth Novena, Singapura.

Menurut penelitian, kadar asam lemak omega-7 tidak jenuh tunggal pada permukaan kulit akan naik enam kali lipat saat usia bertambah.

Selain itu, lansia juga berkeringat lebih sedikit. Hal ini kemungkinan karena faktor kolagen yang terus berkurang. Keringat yang berkurang berarti makin sedikit kerja bakteri, yang akhirnya berpengaruh pada aroma tubuh.

Produksi minyak di kulit juga akan berkurang, dikombinasikan dengan faktor pola makan, kondisi kesehatan, obat-obatan, dan faktor genetik, akan menghasilkan aroma khas lansia.

Menurut Tan, aroma khas lansia ini akan makin kuat saat berusia di atas 60 tahun. Sebenarnya aroma khas itu bisa dikurangi dengan konsumsi makanan tinggi oksidan dan juga menjaga hidrasi dengan minum cukup air putih. Pemakaian produk perawatan kulit yang melembabkan juga disarankan.