Advertorial

Ruwatan 1 Suro di Jember, Diikuti Belasan Etnis dan Doa Lintas Agama

JEMBER, FaktualNews.co-Acara Ruwatan Bumi Jember dan Doa Bersama Lintas Etnis digelar di Alun-alun Kota Jember, Minggu (7/7/2024) sore. Kegiatan tersebut diisi doa bersama lintas agama juga diikuti sebanyak 16 etnis yang ada di Kabupaten Jember.

Adanya kegiatan Ruwatan Bumi itu, menurut Ketua Panitia acara Miftahul Rahman adalah satu rangkaian kegiatan berbudaya yang digelar beberapa bulan belakangan.

“Kebetulan bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1446 Hijriah dan kalau penanggalan Jawa 1 Suro. Kegiatan ini digelar di Kabupaten Jember,” kata pria yang juga akrab disapa Cak Memet ini.

Selain diisi kegiatan doa bersama lintas agama di antaranya Islam, Hindu, Budha, Katolik, Protestan, Aliran Kepercayaan Konghucu, dan Kejawen. Kegiatan ini, kata Cak Memet, juga diisi dengan acara kebudayaan daerah asli Jember dan luar. Juga acara kesenian dan sarasehan budaya.

“Yang ditampilkan ada Can Macanan Kaduk, Ta’ Buta’an, Reog Ponorogo, Jaranan, Seni Gelondang, gamelan Ki Samudro, dan juga kesenian lainnya yang ada di Kabupaten Jember,” sebutnya

“Acara ini juga diikuti berbagai etnis masyarakat ada Osing, Ambon, Tionghoa, Minahasa, Papua, Batak, Banjar, Madura, Sunda, Taiwan, Jawa, dan lain sebagainya. Total ada 16 etnis dimana semua itu tercatat di FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) Jember. Kalau dengan yang belum tercatat ada sekitar 21 an di Jember ini,” sambung pria yang juga Sekretaris dari FPK Jember itu.

Namun demikian, lebih jauh kata Cak Memet, terkait ruwatan yang dilakukan di Jember. Katanya memiliki kekhasan berbeda dengan yang ada di daerah lain.

“Ruwatan seperti di Madura ada namanya Rokatan, Rokatan Tasek, Bumi, Disah, Belioneh. Kalau di Jawa ada namanya Rokatan (Ruwatan) Bumi dan juga macam-macam. Tetapi Jember punya ciri khas sendiri, yang biasa digelar oleh masyarakat secara turun temurun. Kita lakukan penguatan, dan hari ini mudah-mudahan menjadi momentum bangkitnya kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Jember,” pungkasnya.

Sementara itu Bupati Jember, Hendy Siswanto yang hadir sebagai tamu undangan, acara ruwatan adalah bentuk keanekaragaman budaya. Terlebih untuk di Jember dapat digelar oleh belasan etnis yang berbeda.

“Ruwatan Bumi ini (bentuk budaya) gotong royong. Bentuk kekuatan Jember, apabila masyarakat rukun dan tidak membuat hoax. Sampaikan kebaikan, Insyaallah Jember akan lebih kuat lagi. Hari ini (dari) lintas suku, etnis, dan agama, dibentuk (bersatu) dalam ruwatan. Ada budaya, dan (pergerakan) ekonomi, lengkap semuanya,” kata Hendy.

Hendy yang juga ikut didoakan lewat acara ruwatan, dengan kakinya dibasuh bunga kembang tujuh rupa oleh panitia acara. Mengatakan, juga memiliki harapan untuk dirinya serta seluruh masyarakat Jember.

“Dulu kita pernah jaya tahun 80 an, sekarang harus terwujud kembali. Ini bentuk kebersamaan budaya, jangan su’udzon, tapi husnudzon. Tercipta pemikiran baik untuk Jember, Jawa Timur, dan Indonesia selamat semua,” ujarnya.

Diketahui dari acara ruwatan, ada etnis dari wilayah Timur Indonesia juga ikut dalam kegiatan.

Perempuan dari Etnis Lobamora Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Yustina Wayan Rudja itu mengaku bangga dan bersyukur. Di Jember dapat digelar acara yang bisa mempersatukan seluruh suku bangsa, etnis, dan agama yang berbeda.

“Selama 33 tahun saya di Jember, sebelumnya belum pernah mengikuti kegiatan seperti ini. Tadi kami bertemu dengan etnis Tionghoa, Madura, Batak, Jawa. Pokoknya senang sekali bisa berkumpul jadi satu dan saling mengenal lagi,” ucap Yustina.

“Semoga ruwatan ini lebih luas lagi ke seluruh Jember. Sehingga masyarakat dan (seluruh) etnis yang ada di Jember bisa saling berkumpul dan bersatu lagi. Serta lebih saling guyup untuk kemajuan bumi di Jember,” sambungnya.