JEMBER, FaktualNews.co – Bermaksud untuk menjaga lingkungan dari sampah rumah tangga, sekelompok mahasiswa dari Polije Jember membuat alat pengolah sampah untuk menghasilkan bahan baku penguat bangunan.
Alat pengolah sampah yang disebut Garbage Disposal Stove itu, memanfaatkan Filtrasi Wet Scrubber System atau dengan membakar oli bekas.
Sehingga sampah yang dibakar tidak mencemari lingkungan dengan polusi. Juga hasil residu dari sampah yang dibakar malah bisa menjadi bahan baku bermanfaat, untuk substitusi pasir pada bata beton.
Pengelolaan sampah dengan cara dibakar itu, dilakukan di Ponpes Ar-Raudlah, Dusun Durjo, Desa Karangpring, Kec. Sukorambi, Kabupaten Jember.
“Jadi kami membuat alat pembakar sampah, dengan menggunakan kompor yang bahan bakarnya dari oli bekas. Nah dari pembakaran sampah ini untuk sampah anorganik residunya menghasilkan bahan subtitusi pasir pada bata beton,” kata Ketua Tim Kelompok Mahasiswa Wayan Agus Wirawan saat dikonfirmasi disela kegiatannya, Jumat (26/7/2024).
“Kemudian untuk sampah organik residu atau hasil pembakarannya, menghasilkan bahan tambahan untuk pembuatan briket,” sambungnya.
Terkait bahan subtitusi pasir pada bata beton yang dimaksud, lanjutnya, adalah berupa abu dari hasil pembakaran sampah.
“Jadi tidak dibuang begitu saja, tapi kami manfaatkan. Sehingga sampah yang awalnya menjadi masalah. Menjadi lebih bermanfaat,” ucapnya.
Dari menghasilkan bahan subtitusi pasir pada bata beton itu, Wayan menjelaskan, dalam bahan baku bangunan masuk dalam kategori tingkat mutu 3.
“Data atau literatur ini dari yang saya baca sesuai SNI. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif bahan konstruksi pengganti (batu) bata itu,” ucapnya.
Namun demikian, kata Wayan, dari proses pengolahan sampah ini. Masih dalam proses pengembangan dan penelitian lebih lanjut.
Karena inti dari teknologi alat pembakar sampah yang dibuatnya bersama dengan teman-temannya. Adalah upaya untuk mengatasi persoalan sampah yang selama ini kurang dimanfaatkan optimal.
“Nah untuk proses pembakaran sampah ini, bahan bakarnya kompor menggunakan oli bekas. Untuk sekali pembakaran sampah sekitar 20-25 kg itu, ngabisin kurang dari 2 liter oli bekas. Waktu pembakaran juga cukup cepat, kurang dari 15 menit,” ucapnya.
Wayan juga menambahkan, ia bersama rekan timnya yang lain. Diantaranya Masluch Ambhar Qudsiyah, Galang Orlando Putra Sadewa, Gilang Galih Brilliant, dan Sena Adi Setyawan. Juga didampingi Dosen Pendamping Risse Entikaria Rachmanita, berharap teknologi yang dikembangkannya dapat memberikan manfaat lebih.
“Kenapa? Karena dari sampah yang dibakar begitu saja. Malah jadi masalah baru. Tapi dengan teknologi kami, mengurangi polusi dari hasil pembakarannya untuk lingkungan, dan tetap bersih. Karena asap pembakaran yang keluar dari cerobong sudah terfilter dan aman untuk lingkungan,” ulasnya.
“Kemudian residu yang dihasilkan, untuk sampah organik maupun anorganik. Menjadi bahan baru yang juga bisa dimanfaatkan lagi. Jadi bahan baku briket dan untuk subtitusi pasir pada bata beton itu,” imbuhnya.
Terpisah, salah satu santri di Ponpes Ar-Raudlah Dedi Septiawan. Mengaku dengan adanya teknologi terapan yang dikembangkan oleh kelompok mahasiswa Polije itu memberikan manfaat.
“Dari hasil residu pembakaran sampah ini, nanti akan kami manfaatkan untuk bahan baku bangunan di sekitar pondok. Sehingga untuk pembangunan di pondok juga memberikan manfaat,” kata Dedi.
“Namun lebih lanjut, kami akan terus berkolaborasi dengan mas-mas Mahasiswa itu untuk memastikan hasil residu pembakaran sampah ini benar-benar bermanfaat. Lebih lanjut dimungkinkan ada kolaborasi. Juga lingkungan lebih bersih karena asap pembakaran sampah juga tidak mencemari lingkungan,” imbuhnya.