JEMBER, FaktualNews.co-Dalam peragaan busana Jember Fashion Carnival (JFC) Artwear. Diketahui merupakan bagian even dari pegelaran JFC ke 22 Tahun 2024 di Jember, Sabtu (3/8/2024) malam.
Seorang desainer muda berbakat tingkat nasional Migi Rihasalay ikut berpartisipasi dengan menampilkan 12 hasil karya busananya dengan membawakan tema Rio.
Karya busananya itu, kata Migi, diciptakan sebagai bentuk apresiasi dan penghargaannya bagi sang inisiator JFC Dynand Fariz.
“Ini pertama kalinya saya ikut dalam Jember Fashion Carnival (JFC) karena Mister Dynand Fariz adalah dosen yang mengajar saya selama satu tahun saat pendidikan di ESMOD. Kala itu tahun 2018, mengajar dan membimbing saya bahkan dekat sekali layaknya seorang ayah,” kata Migi saat dikonfirmasi usai peragaan busana di JFC Artwear.
“Dengan adanya even ini saya sangat bersyukur sekali, karena dapat kesempatan (untuk berpartisipasi) dalam even JFC ini. Saya selalu ingat Mister Dynand Fariz bagaimana beliau membimbing saya hingga sampai hari ini,” sambungnya.
Untuk peragaan busana hasil karyanya Defile Rio, menurut Migi, tema ini adalah bagaimana menciptakan busana dengan permainan warna.
“Lengkap bulu-bulunya, kemeriahan, moodnya itu Happy. Defile Rio itu adalah budaya yang berasal dari Negara Brasil. Tepatnya berasal dari kota Rio de Jeneiro.Tema Rio ini menurut saya memberikan nuansa ceria dan meriah,” ujarnya.
Diakui oleh Migi, dalam membuat hasil karya busana dengan tema yang dibawakannya. Ada tantangan tersendiri saat harus tampil di JFC Artwear.
“Artinya kita harus menyesuaikan dengan pesan tersiratnya bagaimana cinta dengan lingkungan, bagaimana limbah (sampah) itu dapat di recycle (daur ulang, red),” ucapnya.
“Busana yang Migi desain dan buat ini, memanfaatkan kain perca yang merupakan bekas pakai, berikut dengan sayap-sayapnya dari bulu ayam dan angsa, kemudian dikombinasikan menggunakan (sampah) plastik akrilik yang sudah tak terpakai, kita buat layaknya bunga. Semuanya 100 persen bahan recycle dari busana ini,” ujarnya menambahkan.
Terkait proses pembuatan busana hasil karyanya, diakui oleh mantan anak didik Dynand Fariz itu, membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan.
“Untuk membuat dari desain sampai jadi. Sedikit-sedikit kita progres. Tapi yang kita kejar (selesai) dalam waktu seminggu jadi. Untuk talent yang memperagakan busana hasil karya saya ada 12, kemudian sebagai muse (orang yang menginspirasi) nanti suami saya sendiri,” ujarnya.
“Hari ini haptic (memberi semangat positif meskipun sibuk) banget, kita sudah tiga hari di sini (Jember). Kemarin ada kendala tapi Alhamdulillah semua teratasi,” sambungnya.
Sementara itu menurut sang suami Andrew James, yang juga dikenal sebagai seorang arsitek asal Australia.
Ia mengaku, mendukung penuh istrinya untuk mengembangkan potensi di bidang modelling dan sebagai seorang desainer busana. Terlebih untuk kemudian bisa berpartisipasi dalam even di JFC.
“Even JFC ini berkelas dunia seperti layaknya Olympic (gelaran Olimpiade). Even Fashion Show ini terbesar di south east asian (Asia Tenggara),” kata Andrew.
“Bahkan menurut saya Mister Dynand Fariz (awalnya) ingin menciptakan even untuk diri sendiri. Tapi sekarang pemerintah join (mendukung). That’s it incredible (menakjubkan, red). Kita di sini untuk Dynand Fariz,” imbuhnya.