Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Situbondo Lakukan Digitalisasi Empat Naskah Kuno
SITUBONDO, FaktualNews.co – Untuk menyelamatkan naskah kuno sebagai peninggalan sejarah, Dinas Perpustakan dan Kearsipan Kabupaten Situbondo, mengarsipkan empat naskah kuno milik Rebus Susanto, warga Desa Juglangan, Kecamatan Panji, Situbondo.
Salah satu naskah kuno yang digitalisasi adalah kitab primbon dengan tulisan pegon.
Kabid Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Kabupaten Situbondo, Imas Wijaksono mengatakan, untuk melakukan alih media dari naskah kuno ke media digital. Ini sebagai upaya untuk menyelamatkan naskah kuno sebagai peninggalan.
“Penyalinan naskah kuno tujuannya, untuk menyelamatkan peninggalan leluhur. Setelah digitalisasi atau disalin, kitab atau buku kami serahkan lagi ke pemilik. Yang penting kami sudah memiliki salinan untuk diarsipkan,” ujar Imas, Jumat (9/8/2024).
Menurutnya, berdasarkan kasatmata, empat naskah kuno diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Sehingga masuk dalam kategori naskah kuno. Sebab untuk menentukan naskah kuno minimal sudah berumur 50 tahun.
“Kalau dilihat dari kertas, naskah-naskah ini sudah umur ratusan tahun. Ini tulisan tangan semua, ada Alquran, ada kitab yang berisi soal tajwid, ada juga primbon. ini ada bahasa jawa, tapi tulian pego,” bebernya.
Imas menjelaskan, diakui pihaknya masih belum mendatangkan alhi bahasa atau aksara, untuk melakukan penelitian. Pihaknya baru melakukan pencarian naskah kuno, begitu sudah cukup banyak yang terkumpul akan memanggil. ahli.
“Nanti, setelah naskah disalin akan dipanggilkan ahli bahasa untuk menerjemahkan teks dalam naskah kuno,”katanya.
Sementara itu, Rebus Susanto, salah seorang ahli waris dari sejumlah kitab menegaskan, jika naskah kuno itu merupakan warisan dari ibundanya. Namun sudah tidak pernah dibuka akibat dirinya tidak paham dengan bacaan naskah bahasa arab tersebut.
“Kitab ini adalah warisan dari ibu saya, ibu dapat dari mbah, dan mbah dapat dari kakek. Nah untuk kakek saya ini dapat dari mana saya kurang paham. MBAH saya meninggal tahun 84 kelahiran 1921. Jadi kitab ini tidak pernah dibuka karena tidak ada yang bisa memahami,”katanya.
Rebus menjelaskan, ada empat, ada tulisan tangan alquran, ada dua kitap, dan satu perimbon peninggalan leluhurnya. Kalau yang perimbon sering dibaca oleh ibunya.
“dua tahun lalu sebelum ibu meninggal, kitab primbon berbahasa madura tapi ditulis arab sering digunakan oleh almarhum ibu saya. Dulu juga sering ada orang datang ke rumah ibu untuk menanyakan seputar penyakit,”bebernya.
Untuk kedatangan pihak perpustakaan ke pendopo murtajaya milik rebus ini setelah rebus mengikuti seminar di Kabupaten Situbondo. Saat itulah Rebus usul jika dirinya memiliki kitab kuno. ternyata dicek dan masuk kategori naskah kuno.
“Buku ini dilirik oleh dinas perpustakaan setelah saya hadir ke acara seminar penyalamatan arsip kuno. Saat itulah saya usul jika saya juga punya naskah kuno. Saya hadir dalam acara satu tahu lalu,” pungkasnya.