Sosial Budaya

Gelaran Teater Naik Kelas, Hendy: Layak Digelar Secara Terbuka di Alun-Alun Kota Jember

JEMBER, FaktualNews.co – Gelaran Teater Mahasiswa Universitas Jember (Unej) dilakukan di Gedung Soetardjo Unej, Jalan Kalimantan, Kecamatan Sumbersari, Jember. Berjudul Sogol Serenade Terakhir, gelaran Teater itu dilaksanakan oleh UKM Dewan Kesenian Kampus Unej dan para talent yang tampil.

Gelaran seni teater yang ditampilkan di atas panggung itu membawa kisah rakyat. Namun kini naik kelas, dengan melakukan kolaborasi lewat sentuhan teknologi dan juga diiringi musik dari pemain band.

Gelaran teater itu selain membawa alur cerita yang sarat pesan-pesan moral dan kemanusiaan. Menurut Cabup Jember Nomor Urut 01 Hendy Siswanto, layak untuk ditampilkan lebih luas dengan nantinya dapat secara terbuka tampil di alun-alun Kota Jember.

Hendy yang hadir sebagai penonton di gelaran teater itu. Mengaku terkesima, dengan kualitas para talent di gelaran teater itu.

“Saya memberikan apresiasi karena yang memerankan anak muda-muda semua. Jadi ini cerita rakyat ya, zaman penjajahan dulu. Artinya mereka cinta terhadap negeri ini. Dikisahkan ada orang yang menjadi pahlawan sebelum kita. Nah ini yang paling penting, bahwa negeri ini harus kita cintai dengan hormat pada pendahulu kita, tadi diceritakan lewat cerita-cerita rakyat seperti ini,” kata Hendy saat dikonfirmasi sejumlah wartawan usai pementasan teater, Jumat (25/10/2024).

Hendy sebagai penonton dan mengaku juga penggemar dunia seni peran itu. Mengaku memberikan apresiasi positif. Karena gelaran teater yang ditontonnya, kini lebih inovatif.

“Tentunya yang saya lihat, ada transformasi dari cerita lama dikemas dengan model baru, pakai digital, pakai alat musik yang baru (modern). Ini bagus sekali. Tentunya yang paling berkesan di dalamnya ini, ini adalah bagian dari kekuatan, ada wisata, ada satu seni budaya, pelestarian seni budaya, kreativitas, ekonomi kreatif termasuk ada di dalamnya semuanya,” kata Hendy.

Dengan potensi dan kreatif generasi muda atau akrab disebut Gen Z. Membuka potensi roda ekonomi.

“Bisa dibayangkan beberapa orang yang terlibat di dalam kegiatan teater ini, ini merupakan satu kekuatan terbukanya lapangan-lapangan kerja baru,” ujarnya.

Dari pementasan teater yang ditontonnya, kata Hendy, selayaknya program yang nantinya akan dilanjutkan di periode kedua sebagai Bupati Jember.

“Dimungkinkan, lewat program desa mandiri, tentunya setiap desa itu punya kearifan lokal dan orang-orang yang wajib dihormati (dengan cerita rakyat). Anak muda zaman sekarang ini harus menghormati budaya yang lama itu, penting, sangat penting sekali itu. Jangan sampai tersisihkan, terlupakan,” ujarnya.

“Saya berharap lebih berkembang lagi dengan kesenian kampus ini, lebih dikembangkan kembali. Sehingga semua orang kalangan bisa menikmati,” sambungnya.

Terkait gelaran teater yang ditontonnya, menurut cabup petahana itu, seiring dengan ide dan progresnya terkait renovasi alun-alun yang nantinya punya sebutan baru Jember Nusantara itu.

“Nah gelaran seni seperti ini, atau seni lainnya. Bisa dilakukan di alun-alun. Alun-alun itu (setelah selesai renovasi), ada panggungnya terbuka. Saya berharap mereka bisa tampil terbuka, sehingga semua masyarakat bukan hanya mahasiswa saja, tapi masyarakat umum bisa nonton,” ujarnya.

“Semua anak-anak, orang tua, dan semua masyarakat bisa bersama. Selain panggung, juga ada LED yang gede (besar). Nah ini, nanti semua kegiatan seni maupun lainnya, akan kami eksplor. Semua kearifan lokal apa yang ada di Jember ini akan kita masukkan (di alun-alun), termasuk juga UMKM,” sambungnya.

Sementara itu menurut Sutradara Gelaran Teater Alya Aurellia Ananta, seni drama panggung yang ditampilkannya itu.

Berkisah tentang cerita rakyat, tapi juga sengaja dikolaborasikan dengan teknologi dan musik band secara langsung. Sehingga tampak lebih epik.

“Sogol Serenade Terakhir ini menceritakan tentang akhir hayat dari seorang tokoh bernama Sogol dari daerah Sumer-Bunguling. Makanya judul dari pementasan kami adalah Sogol Serenade Terakhir. Sebenarnya yang menjadi gagasan utama dari cerita ini adalah keinginannya Sogol, di mana dia itu ingin mengaplikasikan ilmu yang sudah dituntutnya selama bertahun-tahun untuk bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Yang akhirnya itu berbuntut panjang sampai ke pemfitnahan dan kematiannya (tokoh) Sogol itu sendiri,” ujar Alya saat dikonfirmasi terpisah.

Menurut perempuan mahasiswi semester 3 Jurusan Ilmu Sejarah FIB Unej ini, cerita yang disampaikan lewat Sogol ini sarat pesan dengan kondisi saat ini.

“Masih relate sama apa yang terjadi di zaman sekarang gitu. Pesan yang ingin kami sampaikan adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk berbuat baik. Intinya dia selalu ingin bermanfaat bagi orang lain gitu. Dan dia tidak ingin menyianyiakan ilmu yang sudah dimilikinya. Dia (Sogol) ingin menjadi pribadi yang bermanfaat buat orang lain,” ulasnya.

“Seperti misal dalam adegan tayupan, ketika di adegan 6 itu. Kami sebenarnya ingin menunjukkan bahwa pada tahun 1955 itu adalah momen di mana pemilu pertama. Kita bisa melihat kondisi yang sekarang, di mana orang itu benar-benar punya kebebasan. Bahkan dalam hal perpatah dan sebagainya,” sambungnya.

Untuk persiapan latihan, lebih lanjut kata Alya, kurang lebih sebulan. Dengan jumlah pemain atau talent yang terlibat ada sekitar 19 orang.

“Pemain total aktor plus penari. Kemudian untuk flyer atau paduan suara ada 19 juga. Harapan kami pementasan yang kompleks ini bisa memberikan sebuah hawa baru bagi kesenian yang ada di Jember. Karena pengetahuan saya memang baru pertama kali ada pementasan di Jember yang menggunakan strip-screen dan berkolaborasi dengan banyak bidang,” ungkapnya.

“Ini memang sengaja pakai teknologi ya, artinya ada musisi dan kami memang mengulik beberapa modernisasi baru yang bisa kami terapkan untuk pementasan ini,” sambungnya.