LAMONGAN, FaktualNews.co – Ingin menambah wawasan budaya dan sejarah yang dapat meningkatkan keimanan, menambah wawasan keagamaan. Wisata religi atau ziarah dapat menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan melepas jenuh. Seperti wisata religi makam keramat Mbah Alun yang berbeda di Desa Pancasila karena keberagaman dan keharmonisannya Desa Desa Balun di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Makam tersebut memiliki daya tarik tersendiri, di sekitar makam Mbah Alun atau dikenal sebagai Mbah Sin Arih yang dipercaya sebagai leluhur pertama pembabat Desa Balun itu, terdapat tempat ibadah seperti Masjid, Gereja dan Pura. Oleh beberapa orang dianggap sakral, hingga ramai dikunjungi peziarah, terutama pada hari Jumat Kliwon.
Menurut juru kunci makam, Nursalim, Mbah Alun merupakan keturunan Sunan Tawang Alun I yang pernah berguru kepada Sunan Giri IV (Sunan Prapen). “Setiap Jumat Kliwon, peziarah dari berbagai daerah berdatangan, dengan jumlah mencapai hingga ribuan orang.” Kata Nursalim. Jumat (25/10/2024). Lebih jelasnya, sang Juru kunci makam menambahkan. Mbah Alun yang bernama lengkap Sunan Tawang Alun, yang konon merupakan Raja Blambangan. Berdasarkan cerita turun temurun, Mbah Alun belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri. Setelah itu, Mbah Alun kembali ke tempat asalnya di Blambangan untuk menyiarkan agama. “Sering mendapatkan serangan dan intervensi dari Mataram dan Belanda, akhirnya membuat Kedaton Blambangan hancur. Sehingga Sunan Tawang Alun melarikan diri menggunakan perahu menyusuri sungai,” ujar Nursalim menceritakan.
Akhirnya, lanjut Nursalim. Sunan Tawang Alun tiba di tempat yang saat ini dinamai Desa Balun. Dulunya sebelah utara makam merupakan aliran sungai Bengawan Jero. “Mbah Alun akhirnya menetap, bercocok tanam, dan menyiarkan agama di sini. Mbah Alun dikenal alim, arif, cerdas, dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap orang lain. Sosok itu juga konon turun-temurun hingga menjadikan Desa Balun menjadi kampung yang sangat toleran,” tutur juru kunci makam Mbah Alun.
Disekitar makam Mbah Alun juga terdapat Makam Raden Panji Liris, putra Adipati Lamongan ke 3 Raden Panji Puspokusumo, yang keturunan Raja Majapahit ke-14 Hayam Wuruk. Selain itu, periode sebelum musim tanam dan setelah panen, antara September dan Oktober, juga menarik kunjungan lebih banyak, mencapai sekitar dua ribu lebih peziarah. “Biasanya kunjungan mulai ramai sejak malam Jumat hingga keesokan harinya,” tambah Nursalim. Makam Mbah Alun dikelola oleh pemerintah desa dengan dana dari APBDes. Ramainya peziarah saat Jumat Kliwon juga menjadi peluang bagi para pelaku UMKM yang menjual berbagai produk di sekitar lokasi makam, memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitar.