LAMONGAN, FaktualNews.co-Memasuki musim penghujan, sebanyak 553 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat hingga Oktober 2024 menunjukkan adanya peningkatan kasus yang signifikan di Kabupaten Lamongan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap DBD dan penyakit lain. Masyarakat memang perlu lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan.
Di antaranya seperti mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti dengan membersihkan genangan air, menutup tempat penampungan air, serta menggunakan obat nyamuk atau lotion pengusir nyamuk.
“Demam berdarah dengue (DBD) sering muncul selama pergantian musim ini,” kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lamongan, dr. Mafidhatul Laely, Kamis (7/11/2024).
Hingga bulan Oktober kemarin, lanjut dr. Fidha, tercatat ada 553 kasus DBD. “Dengan jumlah tertinggi di Karangbinangun dan Mantup, masing-masing sebanyak 43 kasus. Beberapa pasien dirawat di RSM, RSUD, dan RSI,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk memberantas nyamuk dengan menerapkan prinsip 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Selain itu, penting juga untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala DBD seperti demam tinggi, nyeri sendi, atau ruam pada kulit. Pencegahan dan deteksi dini sangat penting untuk mengurangi dampak penyakit ini,” ujar Fidha.
Selain DBD, dr. Fidha menyebutkan bahwa penyakit lain yang perlu diwaspadai saat musim hujan adalah leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.
“Bakteri tersebut dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi,” jelasnya.
Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning.
“Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa,”terangnya.
Meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus leptospirosis di Kabupaten Lamongan, pihaknya tetap siaga.
“Memang belum ada kasus, tetapi kami selalu siap jika ada yang muncul,” tegas Fidha.
Dinkes Kabupaten Lamongan telah menyiapkan langkah antisipasi, termasuk menyediakan rapid diagnostic test (RDT) untuk leptospirosis guna mempercepat diagnosis.
“Kami juga akan melakukan penyelidikan epidemiologis jika ada laporan kasus, agar risiko penularan dapat segera diidentifikasi dan dikendalikan,” imbuh Kasi P2P Dinkes Lamongan.
Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Lamongan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera meminta bantuan tenaga kesehatan.