JEMBER, FaktualNews.co-Aksi unjuk rasa ratusan orang di Jember yang menamakan Aliansi Masyarakat Peduli Pemilu Jurdil (AMP2J) Jember menuntut penyelenggara Pilkada yang tidak netral. Untuk mendapat sanksi dan dipecat dari jabatannya.
Sayangnya dalam aksi di depan Kantor Bawaslu Jember, Rabu (13/11/2024) kemarin terjadi kericuhan dan ratusan massa aksi merobohkan pagar depan Kantor Bawaslu Jember.
Kantor Bawaslu Jember bersebrangan dengan rumah yang menjadi tempat penitipan anak. Ada sebanyak 15 orang yang diasuh di dalam tempat penitipan anak tersebut.
Salah Seorang Pengasuh Tempat Penitipan Anak (TPA) Martina Ewa (52) mengatakan, anak-anak yang dirawatnya sempat terganggu dengan adanya aksi tersebut. Terlebih dari suara tumpukan sound system yang diangkut mobil bak terbuka yang dibawa saat berlangsungnya aksi.
“Pas jam tidur. Anak-anak selesai mandi, minum susu, berdoa, lalu tidur. Karena mendengar bunyi-bunyi, tidak tidur semua. Ada yang nangis, karena berisik kan,” sambungnya.
Sementara itu, Hendy Siswanto yang kebetulan saat ini sedang cuti sebagai Bupati Jember, karena ikut dalam kontestasi Pilkada.
“Saya malam ini datang ke sini untuk meminta maaf kepada suster Martina, beliau yang juga merawat anak-anak itu. Saya minta maaf karena kegiatan-kegiatan tadi. Kawan-kawan yang berdemo (tolong) perhatikan lingkungan, pemakaiaan sound sistemnya direndahin sedikit (volume suara) nya,” sambungnya.
Dengan keberadaan TPA, kata Hendy, hak-hak anak wajib untuk dilindungi. Sebagai bentuk kesadaran untuk melindungi dan menekankan prinsip HAM (Hak Asasi Manusia).
“Tentunya ini harus kita lindungi, bagaimana kita melindungi anak, kemudian bagaimana kita melindungi perempuan. Perempuan dan anak itu satu paket yang harus kita lindungi bersama. Bagaimana kita mempertahankan (predikat) layak anak, kalau terjadi seperti ini (tidak peduli lingkungan sekitar),” ujarnya.