Dari Hobi Menjadi Profesi. Ini Kisah Bengkel Unik di Lamongan “Doktor, Spd, MTB” Yani
LAMONGAN, FaktualNews.co – Bengkel sepeda MTB unik bisa memiliki berbagai ciri khas yang membedakannya dari bengkel sepeda angin biasa. Seperti bengkel kecil namun unik di Jalan Andansari, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Lamongan ini. Pemilik sekaligus mekanik, Yani seorang pria berusia 55 tahun yang penuh semangat, mengabdikan dirinya pada sepeda MTB. Dengan peralatan service yang dipenuhi dengan alat-alat yang fungsional namun dengan tampilan yang menarik, layanan personalisasi sepeda, seperti pengecatan frame sepeda dengan desain unik, modifikasi komponen, atau perakitan sepeda MTB custom sesuai dengan selera pelanggan.
“Saat itu saya berusia 26 tahun. Dari situ saya mulai mengenal sepeda MTB,” kenang Edi Mulyani dengan senyum, minggu (17/11/2024). Edi Mulyani pria kelahiran Tuban 23 Maret 1969 yang akrab dipanggil Yani memberi nama bengkelnya seperti gelar akademik, dengan nama “Doktor, Spd, MTB” yang memancing senyum dan telah menjadi tempat andalan para pencinta sepeda di Lamongan dan sekitarnya.
“Dari perjalanan hidup yang penuh lika-liku, hingga akhirnya menetap di Lamongan pada tahun 1989,” ujar Yani menceritakan kisahnya. Berbekal ketekunan, ia memulai karier sebagai teknisi aki di sebuah gudang, sebelum akhirnya berpindah ke perbaikan velg pada 1993. Namun, passion sejatinya baru ditemukan ketika bekerja di suku cadang sepeda pancal atau sepeda angin. “Selain perbaikan, bengkel bisa menyediakan memberi arahan tentang cara merawat sepeda MTB, teknik dasar perbaikan, atau bahkan cara memilih sepeda yang sesuai untuk medan tertentu untuk hutan atau gunung,” ujar Yani.
Semangatnya tak hanya terinspirasi dari pekerjaannya, tapi juga dari kecintaannya pada komunitas sepeda jelajah Lamongan (Sejala). “Bersepeda bersama komunitas memberi pengalaman yang seru dan semakin membuat saya jatuh cinta pada sepeda MTB,” ungkapnya. Dari hobi menjadi profesi, dari situlah kecintaan Yani pada sepeda tak berhenti di situ. Bermodal pengetahuan yang ia pelajari secara otodidak, Yani mulai memodifikasi dan memperbaiki sepeda-sepeda yang memerlukan sentuhan ahli. Ketekunan ini, diikuti oleh anaknya, Nurtalita Salsabila, yang kini berusia 17 tahun dan pernah menjuarai balap sepeda tingkat kabupaten.
“Awalnya saya hanya senang bersepeda. Tapi karena sering ada permintaan modifikasi dari teman-teman, akhirnya saya membuka bengkel ini pada 2021,” cerita Yani dari saran teman-teman yang mengakui keahliannya memperbaiki dan memodifikasi sepeda gunung. Berkah di masa pandemi Covid-19 ternyata membawa berkah tersendiri. Saat tren bersepeda melonjak, bengkel Yani dibanjiri pelanggan. “Waktu itu ramai sekali, dalam sehari pendapatan bisa mencapai 300 ribu rupiah. Sekarang menurun, rata-rata hanya 100 ribu rupiah, tren itu, meski kini mereda, sempat memberikan dorongan besar pada usaha kecilnya,” ungkap Yani. Namun, Yani juga merasakan dampak menurunnya event-event sepeda MTB di Lamongan.
“Dulu bisa ada 15 sepeda masuk bengkel per hari, sekarang hanya 5, walau begitu saya tetap semangat tinggi,” katanya. Keahlian Yani dalam megutak-atik sepeda MTB bukan perkara mudah. “Sepeda MTB itu kompleks, ada double gear, bahkan sekarang sampai 12-speed. Suku cadangnya juga banyak yang langka di Lamongan,” jelas Yani. Meski begitu, dia tak gentar. Ia kerap menerima pesanan modifikasi dari pelanggan, seperti mengatur gear, memperbaiki rem, hingga mengubah velg sesuai keinginan mereka. Pelanggan bengkel Yani tak hanya datang dari Lamongan, tapi juga dari Bojonegoro dan Tuban, berkat promosi dari mulut ke mulut. “Ada yang merekomendasikan ke teman, makanya banyak yang datang dari luar kota,” tambahnya.
Tak lupa, sebagai teknisi berpengalaman, Yani punya tips bagi para pemula yang baru menggeluti hobi ini. “Pahami teori shifting gear. Jangan asal oper gigi, terutama saat melewati tanjakan. Rutin cek pelumas rantai juga penting agar sepeda awet,” sarannya. Meski tren sepeda MTB yang mulai meredup, Yani berharap ada regenerasi penerus. “Saya ingin anak-anak muda tertarik dengan hobi ini, supaya ada penerus dari generasi yang lebih tua. Baginya, bersepeda bukan sekadar hobi, tapi warisan semangat yang patut dijaga.,” harapnya. Melalui bengkel kecilnya, Yani bukan hanya memperbaiki sepeda. Ia menjaga mimpi dan hasrat, tak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk komunitas yang telah menjadi bagian dari hidupnya.
Dibengkel tersebut juga menyediakan suku cadang yang jarang ditemukan, baik dari merek lokal maupun internasional, serta aksesori seperti grip, saddle, atau pelindung sepeda. Tak pelak bengkel tersebut menjadi tempat berkumpul komunitas MTB lokal, dengan mengadakan acara ride bareng atau gathering. Serta area untuk berkumpul dan bersosialisasi, dengan suasana yang ramah bagi para penggemar sepeda. “Untuk sparepart tidak harus beli baru, material daur ulang yang ramah lingkungan untuk membuat aksesoris sepeda atau peralatan bengkel, dan dapat mengedukasi pelanggan tentang pentingnya keberlanjutan,” paparnya. Sementara itu, banyak para pelanggan pun mengakui keahlian Yani. “Saya langganan di sini karena hasil kerjanya memuaskan dan dia paham modifikasi yang saya inginkan,” puji seorang pelanggan setia.