FaktualNews.co

Ekspor Kelapa Indonesia Meningkat Tajam, Pedagang Lokal di Lamongan Terdampak

Peristiwa     Dibaca : 56 kali Penulis:
Ekspor Kelapa Indonesia Meningkat Tajam, Pedagang Lokal di Lamongan Terdampak
FaktualNews/faisol
Salah satu pedagang Wingko Babat di Lamongan.

LAMONGAN, FaktualNews.co-Permintaan kelapa bulat asal Indonesia melonjak tajam di pasar internasional. Terutama dari Tiongkok, yang kini menjadi salah satu negara pengimpor utama. Peningkatan ekspor ini turut mendorong kenaikan harga kelapa di dalam negeri, memengaruhi pelaku usaha kecil seperti pedagang jajanan tradisional.

Negeri Tirai Bambu itu saat ini tengah mengalami tren konsumsi produk berbasis nabati, termasuk santan kelapa yang digunakan sebagai pengganti susu hewani.

Tren ini membuat produk turunan kelapa, seperti coconut milk dan coconut water, menjadi incaran. Kelapa Indonesia yang dikenal berkualitas tinggi pun laris diborong untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman di sana.

Namun, lonjakan ekspor kelapa ini berdampak pada ketersediaan stok di dalam negeri.

Sejumlah pedagang lokal mengeluhkan naik-turunnya harga kelapa yang tidak stabil, seperti yang dialami oleh Sucipto, seorang pedagang wingko asal Lamongan.

“Sejak menjelang Hari Raya Idul Fitri kemarin, harga kelapa terus naik. Pernah menyentuh Rp45.000 per butir. Sekarang sudah turun ke Rp25.000, tapi tetap terasa berat bagi kami,” ujar Sucipto, yang telah berjualan wingko selama lebih dari 10 tahun di Jalan Panglima Sudirman, Lamongan, Kamis (8/5/2025).

Sucipto menyebutkan bahwa kelapa yang biasa ia gunakan berasal dari Bali. Menurutnya, kelapa dari Pulau Dewata memiliki kualitas yang cocok untuk produksi wingko, berbeda dengan kelapa dari Kalimantan yang menurutnya kurang sesuai dengan selera konsumen Lamongan.

“Lidah orang Lamongan ini peka. Dulu pernah coba pakai kelapa Kalimantan, tapi bentuknya kecil dan rasanya kurang cocok,” jelas Diva, salah satu rekan Sucipto dalam usaha tersebut.

Kenaikan harga kelapa mendorong para pedagang untuk menyesuaikan harga jual. Wingko produksi Sucipto kini dijual seharga Rp25.000 per 10 biji. Dalam sehari, ia mampu memproduksi hingga 50 biji wingko.

Untuk mengatasi tekanan harga bahan baku, Sucipto berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan potensi kawasan tempatnya berdagang.

“Di sepanjang Jalan Panglima Sudirman ini ada 18 toko yang jual jajanan khas Lamongan. Ramai kendaraan, dekat stasiun dan Plaza Lamongan. Kalau bisa dihias seperti Malioboro di Jogja, mungkin akan tambah menarik,” harapnya.

Meningkatnya ekspor kelapa memang membawa angin segar bagi neraca perdagangan Indonesia. Namun, di sisi lain, perlu perhatian khusus terhadap dampak domestiknya, terutama bagi pelaku UMKM yang bergantung pada ketersediaan bahan baku lokal.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin