Sebelum Panen Kopi, Petani Wonosalam Gelar Bancakan Sebagai Doa dan Syukur
JOMBANG, FaktualNews.co – Prosesi petik kopi di Wonosalam, Jombang, bukan sekadar aktivitas panen buah kopi. Bagi para petani setempat, kegiatan ini diawali dengan tradisi sakral yang sarat makna, bancakan petik kopi, sebagai bentuk rasa syukur dan doa memohon keselamatan selama masa panen.
Asmat (60), seorang petani kopi asal Dusun Mendiro, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, hingga kini masih melestarikan tradisi tersebut. Bersama para pekerjanya, ia selalu mengadakan bancakan sebelum memulai panen di lahan kopi miliknya yang terletak di Hutan Mendiro Petak 15, wilayah Resort Pemangku Hutan (RPH) Carangwulung, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Jabung.
“Bancakan petik kopi ini merupakan simbol rasa syukur kami para petani kepada Allah atas hasil panen yang melimpah. Sekaligus memohon keselamatan dan keberkahan selama proses panen berlangsung,” ungkap Asmat.
Setiap tahun, Asmat menggelar prosesi ini langsung di lokasi perkebunannya. Hidangan khas berupa tumpeng dan ingkung disiapkan sebagai bagian dari ritual, masing-masing memiliki filosofi mendalam. Tumpeng, dengan warna kuning mencolok, melambangkan penghormatan dan sesaji kepada Sang Pencipta. Sementara ingkung, yang biasanya dibuat dari ayam kampung, menyiratkan makna spiritual.
“Ingkung berasal dari kata ingsun dan menekung, artinya aku berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Bentuk ayam yang dimasak ingkung itu mirip orang sedang duduk shalat simbol bahwa manusia harus selalu berserah diri dan terhubung dengan Tuhan,” terang Asmat.
Setelah doa bersama, tumpeng dan hidangan lainnya disantap bersama oleh para pemetik kopi dan warga sekitar. Momen ini tak hanya mempererat kebersamaan, tapi juga memperkuat ikatan sosial antarwarga Dusun Mendiro.
Tak lupa, dalam setiap prosesi bancakan, Asmat dan para pekerjanya selalu menyelipkan doa khusus untuk kelestarian hutan Wonosalam.
“Kami mohon agar hutan ini tetap subur, lestari, dan terhindar dari tangan-tangan yang merusaknya. Karena hutan Wonosalam adalah sumber kehidupan bagi kami, warga Jombang,” tegasnya.
Satu tumpeng dibawa langsung dari rumah Asmat menuju lahan kopi untuk pelaksanaan ritual. Di sanalah, doa dinaikkan dan hidangan dibagikan sebagai simbol kebersamaan, harapan, dan syukur atas berkah alam. ( Wahyu )