Wisata

Merindukan Eksotisme Bromo Ditengah Pandemi COVID-19

Probolinggo, Faktualnews.co – Entah sejak kapan sunrise begitu diidamkan, padahal ia datang pagi. Hanya kita yang melewatkan kehadirannya yang indah. Rindu, mungkin kata ini lebih tepat mengantarkan penulis menuju penanjakan Bromo pagi itu. Rindu dingin yang menusuk tulang, rindu menghirup pagi bercampur dengan butiran-butiran embun, rindu menatap pagi memulai harinya, lalu rindu pada ciptaanNya yang maha mempesona.

Sudah satu tahun pandemi COVID-19 melanda jagad raya, pasir-pasir basah lama tak terjamah pelancong, senyum para penjaja kupluk khas bromo sedikit merekah tatkala serombongan pelancong turun dari mini bus yang baru saja berhenti di pelataran parkir. Sopir jeep nampak cekatan menjemput para wisatawan.

Secangkir kopi panas menemani penulis di sebuah warung, bergerombol sopir-sopir Jeep duduk melingkar di antara perapian yang mereka buat. Budi, pria paruh baya ini berkisah bahwa dia banting setir manjadi petani kentang selama pandemi korona karena sepinya wisatawan.

“Yuk mas berngkat, kita ke seruni view”, kata pria ramah berkumis itu, sambil menggigil penulis bergegas naik mobil jeep. Tidak banyak obrolan, goncangan-goncangan khas mobil offroad melibas gundukan pasir menemani selama perjalanan.

Masih pukul 4 pagi. Langit hitam gelap. penulis mencari spot yang lebih nyaman dengan view point yang dirasa pas. Rindu terobati kepada lukisan pagi itu tatkala sayup sayup terlihat lukisan oranye di batas cakrawala menunggu hingga cahaya mulai memancar. Puncak bromo yang mencuat, Semeru nampak gagah dikelilingi awan tipis.

Setelah sangsurya terlihat jelas memancar, para wisatawan berangsur-angsur turun. Mereka meninggalkan lokasi dan menuju destinasi lainnya.
“Di sini kalau matahari sudah naik ya seperti ini, sepi. Tapi sekarang sudah mulai agak ramai daripada pertengahan tahun lalu kawasan Bromo yang di tutup total selama enam bulan,” ucap salah seorang penjaga warung yang berharap pandemi COVID-19 segera berakhir.

Turun dari Seruni View, kendaraan menuju lautan pasir, kemudian bergerak ke bukit savana atau yang biasa dikenal dengan bukit teletubbies. (W2)

 







 






 

Share
Penulis