Berita Foto

Nyate Bareng, Tradisi Para Santri Tebuireng Jombang Saat Idul Adha

Asap putih mengebul dari dalam Pondok Pesantren Tebuireng, aroma daging terbakar menusuk hidung, sekelompok santri berlarian mengibas-ngibaskan kipas diatas tungku pembakaran. Bukan kebakaran namun Pondok Pesantren yang sudah ada sejak 1899 ini mempunyai tradisi khas yaitu bakar sate massal.

Tradisi yang selalu ditunggu ribuan santri ini dilakukan setiap Hari Raya Idul Adha, usai salat Ied para santri berjajar di halaman Pesantren Tebuireng untuk mengambil daging hewan kurban. Didepan asrama, mereka bergerombol memotong daging yang kemudian di tusuk dijadikan sate.

Disudut lain, tungku pembakaran sate sudah berjajar memanjang lengkap dengan arang yang terbakar. Di depan tungku itu bocah-bocah bersarung sibuk menggerak-gerakkan kipas bambu. Hal tersebut dilakukan agar arang yang ada di tungku pembakaran itu tetap membara. Tepat di atas tungku, nampak daging yang sudah ditusuk mulai berwarna coklat. Dalam hitungan menit, daging tersebut sudah siap disantap.

Setiap asrama/ruangan mendapatkan jatah daging kurban seberat 5 kilogram. Satu asrama tersebut jumlahnya antara 30 hingga 40 santri. Namun jika satu ruangan jumlahnya di atas 50 santri, makan daging kurban yang diberikan sekitar 7,5 kilogram.

Zahid Fawas (13), santri asal Pasuruan yang baru 2 bulan mondok ini tidak bisa menyembunyikan rasa gembira ketika mengetahui daging yang ia bakar sudah matang. Buru-buru ia menyantap daging yang sudah berwarna kecoklatan itu. Zahid sengaja tidak pulang kampung meski sekolahnya libur, warga Pasuruan ini ingin menikmati bakar sate berjamaah di pesantren.(Text & Foto : Luhur Wijaya)