FaktualNews.co

Warga Tionghoa Jombang Rayakan Imlek Ditemani Istri Gus Dur

Peristiwa     Dibaca : 1995 kali Penulis:
Warga Tionghoa Jombang Rayakan Imlek Ditemani Istri Gus Dur
Suasana perayaan imlek yang dihadiri Sinta Nuriyah, minggu (5/2). foto :dok.Gusdurian

Suasana perayaan imlek yang dihadiri Sinta Nuriyah, minggu (5/2). foto :dok.Gusdurian

JOMBANG, FaktualNews.co – Perayaan imlek di kota santri tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Kehadiran Shinta Nuriyah Wahid, istri Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menemani puluhan warga Kabupaten Jombang memperingati perayaan Imlek 2568, Minggu (5/2) menjadi warna tersendiri. Dalam kesempatnnya, istri Presiden RI Keempat meminta kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak mudah terprovokasi atas situasi politik yang terjadi akhir-akhir ini.

Willy Sugianto, salah satu perwakilan dalam sambutannya mengingatkan kembali peran Gus Dur dalam dinamika etnis Tionghoa Indonesia. “Pada era Presiden Abdurrahman Wahid berbagai regulasi diskriminatif dicabut. Belenggunya dibuka. Tionghoa berhutang banyak pada Gus Dur,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, Imlek tahun ini dilaksanakan dalam suasana Indonesia yang penuh dengan intrik politik yang berpotensi memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa. Hal ini juga diamini Suster Margaretha dari Katolik Jombang.

Ia menyampaikan besarnya jasa Gus Dur bagi demokrasi Indonesia. Kelompok yang selama ini tertindas mendapat pembelaan dari Gus Dur. “Saya punya banyak teman dengan pengalaman buruk selama Orde Baru, maupun Peristiwa 65,” tutur Suster Margaretha.

Sementara Sinta Nuriyah menyatakan, warisan pluralisme Gus Dur saat ini mendapat tantangan luar biasa. Kepentingan politik saat ini begitu menonjolkan kebencian, jauh dari cita-cita luhur pendiri bangsa. Ia pun mewanti-wanti agar setiap orang bisa menahan emosi dan tidak terprovokasi. “Jangan sampai kita bersikap frontal. Harus tabayyun dulu,” ujarnya.

Perayaan peringatan Imlek sendiri digelar di rumah Sinta Nuriyah di Jl. Juanda Jombang itu. Sesaat sebelum acara berlangsung, lagu Indonesia Raya terdengar menggema. Selanjutnya, sejumlah perwakilan dari etnis Tionghoa dipersilahkan menyampaikan sambutannya secara bergantian.

Imlekan kali ini tidak hanya dihadiri kalangan Tionghoa, namun etnis lain dari beragam latar belakang agama juga ikut merayakan. ” Kami ingin publik mengetahui pentingnya menjaga keragaman yang ada. Karena bagaimanapun, sejarah peradaban Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kontribusi etnis Tionghoa,” pungkas Aan Anshori, penggagas acara yang juga aktifis Jaringan GUSDURian. Acara kemudian diakhiri doa bersama 6 agama dan ditutup dengan menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan Padamu Negeri.(oza/san)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Adi Susanto