JOMBANG, FaktualNews.co – Masih ingatkah anda dengan seorang bocah yang namanya pernah menghebohkan Indonesia sekitar tahun 2009 lalu, bocah laki-laki kelas IV Sekolah Dasar tiba-tiba digandrungi banyak orang.
Ya Ponari, si dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, dulu begitu fenomenal di negeri ini. Berawal dari main mandi hujan yang sesekali diiringi suara geledek Ponari tak sengaja menemukan batu “ajaib”.
Kisah penemuan batu sebesar kepalan tangan anak kecil berwarna coklat kemerahan itu cukup dramatis dan bernuansa mistis. Konon, Ponari mulai menyadari kehebatan batu pememuanya itu setelah ada keluarganya yang sakit dan berhasil sembuh karena meminum air celupan batu itu.
Setelah kejadian itu orang berbondong-bondong ke rumah Ponari untuk diobati, bahkan saking antrinya pernah ada pasien yang meninggal karena antri dan beberapa bulan kemudian Ponari tiba-tiba saja menjadi boccah yang kaya raya.
Rumahnya yang dulu hanya berlantaikan tanah disulap menjadi rumah yang besar berlatai keramik. Namun seiiring berjalannya waktu pamor batu ajaib Ponari makin redup.
Lalu bagaimana nasibnya sekarang?
Kini, kondisi itu justru seakan berbanding terbalik. Nama besar Ponari si dukun cilik yang begitu kondang, kini telah meredup. Pamor batu sakti itu kini tak lagi dilirik warga. “Masih mengobati, namun sekarang sudah sepi, tidak seperti dulu lagi. Kadang ada pasien, kadang tidak,” ungkap Ponari saat ditemui awak media
Anak pertama Mukarromah ini mengatakan, menurunnya minat warga untuk berobat ke tempat praktik Ponari ini terjadi sejak tahun 2013 silam. Sedikit demi sedikit, warga mulai meninggalkan praktik pengobatan Ponari. “Kalau sekarang, tidak tentu, kadang ada satu atau dua, kadang juga tidak ada sama sekali,” tambah Ponari sembari bermain gadgetnya, saat ditemui beberapa bulan lalu.
Senada dengan yang disampaikam Mukarromah. Menurut penuturannya, penghasilan Ponari sebagai dukun cilik, sudah tak sebanyak dulu lagi. Bahkan cenderung turun drastis. “Pendapatan tidak tentu. Karena memang sehari itu tidak mesti ada yang berobat. Tidak seperti dulu lagi,” tutur Mukarromah. Ia lantas mengamit anak keduanya yang masih kecil dan menggendongnya.
Mukarromah sendiri mengaku tak tahu persis berapa rupiah yang didapat dari hasil prkatik pengobatan anaknya kala itu. Sebab, minimnya pengetahuan membuat Mukarromah memilih untuk memasrahkan semua uang hasil pengobatan kepada saudaranya untuk ditabung di bank. “Semuanya saudara yang urus, termasuk menabung ke bank. Saya tidak tahu dapatnya berapa,” terangnya.
Semua penghasilan itu, lantas digunakan Mukkaromah untuk membeli tanah dan rumah yang kini ditempati. Hanya saja, saat ini, ia sudah tak memiliki tabungan. Untuk kebutuhan hidup, keluarga Ponari hanya mengandalkan hasil dari mengolah lahan yang dibelinya dengan uang Ponari itu. “Sebagian sawahnya disewakan tidak digarap sendiri memang,” paparnya.
Bagaimana dengan kesibukan Ponari saat ini, Mukarromah mengatakan, jika bocah pemilik batu ajaib itu kini lebih banyak berdiam diri di rumahnya. Ia tak lagi mau melanjutkan pendidikan. Entah apa alasannya, namun Ponari lebih memilih berada di rumah ketimbang masuk sekolah. “Tidak mau sekolah lagi, tidak tahu kenapa, mungkin malu. Keinginan kami, ya harus sekolah lagi kalau bisa,” harap Mukarromah. (tim)