FaktualNews.co

Aktivis Lintas Agama Kaji Buku Jihad NU Melawan Korupsi di GKI Surabaya

Suara Netizen     Dibaca : 2220 kali Penulis:
Aktivis Lintas Agama Kaji Buku Jihad NU Melawan Korupsi di GKI Surabaya
Suasana kajian para aktivis lintas agama di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sulung Surabaya, Jumat (3/3/2017). Foto : Istimewa/FaktualNews

Suasana kajian para aktivis lintas agama di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sulung Surabaya, Jumat (3/3/2017).
Foto : Istimewa/FaktualNews

SURABAYA, FaktualNews.co – Sejumlah aktivis lintas agama melakukan kajian tentang buku “Jihad Melawan Korupsi” di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sulung Surabaya, Jumat (3/3/2017).

Kegiatan yang dipelopori Oikmas (Oikumene dan Kemasyarakatan) GKI Jawa Timur ini dirangkai dalam bentuk sarasehan dan refleksi terhadap buku tersebut mengambil tema “Agama dan Komitmen Anti Korupsi”.

Tampak hadir dalam acara tersebut anggota jemaat GKI Sulung, Oikmas GKI, Pustakalewi Surabaya, Korps (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) PMII Putri, Jaringan Gusdurian Sidoarjo dan Jombang serta lembaga Pusat Studi Kebijakan Publik dan Advokasi (PUSAKA) Sidoarjo.

Kegiatan ini digelar karena negara dinilai belum bisa keluar dari “kutukan” sebagai negara yang tingkat korupsinya masih tinggi. Pendekatan aspek hukum, ternyata tidak membuat efek jera para koruptor. Tetapi justru mengalami peningkatan level dari atas sampai bawah.

“Tindakan korupsi tidak hanya merugikan negara, tetapi juga meruntuhkan nilai nilai kemanusiaan. Karena tindakan korupsi adalah tindakan yang mengingkari jalan kemuliaan Yesus di atas kayu salib. Melawan korupsi adalah melawan ketamakan dan keserakahan,” ujar Andreas Kristianto salah satu aktivis Oikmas GKI Jatim.

Dalam catatannya, pada tahun 2016, Indonesia menunjukkan kenaikan konsisten dalam pemberantasan korupsi. Urutan 90 dari 168 negara yang diukur, namun itu belum menandingi Malaysia, Singapura dan Thailand.

“Sebagai organisasi sosial keagamaan dengan basis dukungan sosial terbesar di Indonesia, NU mempunyai tanggung jawab untuk memastikan negara berjalan untuk kemaslahatan seluruh warganya,” kata Fatihul Faizun, ketua IKA-PMII Sidoarjo.

Ia juga menegaskan, harus ada kesamaan persepsi dalam memberantas korupsi secara berjamaah. “Kita harus memiliki resolusi jihad anti korupsi karena ini adalah bagian dari perjuangan baik secara teologis dan kebangsaan,” tutur Fatihul yang juga direktur PUSAKA Sidoarjo.

Sementara itu, Pendeta Agustina Manik mengatakan, menjadi orang beragama adalah menjadi manusia yang memiliki sumbangsih ditengah masyarakat. Oleh sebab itu, perlu belajar dari NU yang berjuang dalam melawan korupsi.  “Ada kesalahen vertikal, tetapi juga ada kesalehan horizontal, sosial” tuturnya.

Aktivis GusDurian, Aan Anshori menyatakan, tingginya ongkos politik dan birokrasi serta tidak ada efek jera dalam dalam hukum menjadikan korupsi semakin kompleks dan rumit. “Bahkan abolutisme kekuasaan yang masih ada di intitusi pendidikan dan sosial berbasis agama, serta ajaran keagamaan yang hanya berfokus pada aqidah, menjadikan nilai keimanan tidak terinternalisasi dalam perilaku korupsi,” tandasnya.

Aan juga menyebutkan beberapa dampak dari korupsi yaitu penurunan kualitas hidup manusia, perusakan nilai kemanusiaan, kehancuran nilai demokrasi, kualitas pelayanan publik menjadi turun, kesenjangan sosial meningkat, hilangnya kepercayaan investor, dan degradasi moral keagamaan.

Di akhir acara, para peserta berdoa sebagai komitmen untuk menggelorakan semangat anti korupsi. (dre/oza)

[box type=”shadow” ]

BACA JUGA :

[/box]

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Romza
Tags