FAIRFAX, FaktualNews.co – Ilmuwan menemukan di Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap darah komodo yang diperkirakan dapat membantu pemulihan luka yang terinfeksi.
Dipimpin oleh Monique van Hoek, tim peneliti menemukan bahwa terdapat 80 jaringan bakteri di dalam mulut dan liur komodo. Salah satu jaringan bahkan bisa menyebabkan keracunan darah atau sepsis pada manusia.
Akan tetapi, hewan reptil tersebut tidak terpengaruh oleh bakteri-bakteri itu sehingga dapat diasumsikan mereka kebal atau imun.
Sebagaimana dipaparkan dalam jurnal Nature, para peneliti dari George Mason University di Fairfax, Virginia, AS, kemudian menciptakan senyawa sintetis berdasarkan molekul yang ditemukan dalam darah komodo.
BACA JUGA :
Senyawa sintetis yang diberi nama DRGN-1 itu lalu diberikan pada tikus percobaan yang mengalami luka dan terinfeksi dua jaringan bakteri, yakni Pseudomonas aeruginosa dan Staphlyococcus aureus atau juga dikenal dengan sebutan MRSA.
Kedua jaringan bakteri ini sulit diobati karena membentuk koloni (atau biofilms) yang lebih tahan terhadap antibiotik ketimbang bakteri tunggal.
Bagaimanapun, menurut para peneliti, kedua jaringan bakteri tersebut takluk oleh DRGN-1, yang membantu pemulihan luka pada tikus percobaan melalui aktivitas antimikroba dan mempercepat migrasi sel kulit untuk menutup luka.
Meski baru diuji pada tikus dan terhadap dua jaring bakteria, para peneliti meyakini DRGN-1 adalah kandidat yang baik untuk pengujian lebih lanjut dan berpotensi dikembangkan menjadi antibiotik di masa mendatang.
Komodo merupakan hewan khas Indonesia dan hidup di lima pulau yang menjadi bagian Taman Nasional Komodo. (*/rep_)