JAKARTA, FaktualNews.co – Pembuat ransomware WannaCry diduga sebagai hacker yang tak kompeten. Dugaan ini muncul pada analisis Alex Hern dari The Guardian. Ia menyebutkan sejumlah bukti yang mendukung dugaan kalau si pembuat WannaCry itu tak kompeten layaknya seorang penjahat siber kawakan.
Bukti tersebut antara lain adalah dompet bitcoin atau semacam nomor rekening yang dipakai untuk menerima uang tebusan dari korban. Hanya ada dua nomor dompet bitcoin yang dipakai untuk menerima uang tebusan jika ada korban yang ingin membayar.
(BACA : Komputer Perpustakan Universitas Jember Terkena Serangan WannaCry)
Meski dompet bitcoin ini sulit untuk ditelusuri pemiliknya, transaksi yang berjalan menggunakan nomor tersebut bisa dipantau. Alhasil, terungkaplah kalau sampai saat ini baru ada bitcoin senilai USD 25 ribu yang ada di dompet tersebut, yang diperkirakan berasal dari 82 orang korban yang masing-masing membayar uang tebusan senilai USD 300.
Penjahat cyber yang lebih kompeten disebut oleh Hern akan menggunakan nomor dompet bitcoin yang berbeda untuk tiap korbannya. Caranya adalah dengan membuat software yang secara otomatis memberikan alamat bitcoin baru untuk tiap korban, sehingga jumlah transaksinya tak bisa dipantau.
“Menurut para peneliti keamanan, ini adalah salah satu bukti kalau pembuat software ini relatif tak kompeten,” tulis Hern.
(BACA : Waspada Ransomware WannaCry, Jangan Langsung Menyalakan Komputer, Ini Pencegahannya)
Bukti lain dari inkompetensi pembuat ransomware ini adalah keberadaan ‘kill switch’ alias cara untuk mematikan ransomware ini. Hal ini membuat penyebaran WannaCry terhenti dalam waktu yang terbilang singkat, meski korbannya sudah mencapai ratusan ribu.
Ransomware WannaCry berbasis pada program yang dikembangkan National Security Agency (NSA) milik Amerika Serikat. WannaCry akan menyandera data korban dan meminta uang tebusan jika korbannya ingin data tersebut dikembalikan.
WannaCry memanfaatkan celah keamanan di sistem operasi jadul Microsoft, juga sistem operasi anyar yang tak memperbarui patch keamanannya. Menurut Europol, ransomware ini mulai menyerang pada Jumat (12/5/2017) lalu dan dua hari kemudian sudah menginfeksi sekitar 200 ribu komputer di 150 negara. (*/rep)
(BACA : Selain WannaCry, Empat Virus Ini Pernah Hebohkan Dunia dan Curi Miliaran Rupiah)