TRENGGALEK, FaktualNews.co – Pada bagian 2 telah diceritakan bahwa Desa Mbawuk telah mendapatkan kutukan dari Demang Tanggar kala sedang marah. Hingga kini desa tersebut memang masih banyak ditemukan perawan tua yang tidak punya keinginan untuk menikah.
Mereka terlalu senang hidup sebatangkara, mengurusi segalanya seorang diri tanpa ada campur tangan orang lain. Sehingga penduduk di Desa Mbawuk cenderung tidak bertambah karena tidak menghasilkan keturunan.
Setelah Ki Demang mengucapkan kutukannya, keadaan menjadi sunyi senyap bahkan sebersit suarapun tiada terdengar. Konon, jangkrik yang terbiasa mengikut Ki Demang kemanapun kepergiannya juga tiada bersuara.
Bahkan suara gemericik air serasa hilang tanpa berbekas hingga di pegunungan tersebut serasa menjadi kota mati. Begitulah kedahsyatan sabda yang diutarakan ki Demang Tanggar yang sering diperbincangkan masyarakat.
Sadar dengan yang terjadi disekelilingnya, Ki Demang sentak merenung dan menyesali atas apa yang telah diucapnya. Hingga Ki Demang terdiam membisu tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Namun apa daya nasi sudah menjadi bubur, semua yang terucap sudah tidak bisa ditarik kembali.
Seisi gunung telah menjadi saksi bisu kutukan Ki Demang. Ki Demang beranjak pergi dari tempatnya berpijak dengan lunglai. Langkah gontainya seperti tubuh tak bertulang, lemas tanpa asa arah dan tujuan.
Setapak demi setapak Ki Demang pergi menjauhi tempatnya mengumbar kutukan.Dia harus merelakan daerah yang biasa dipergunakannya untuk bercocok tanam. Serta kayu yang dipergunakan Ki Demang untuk membangun Masjid dan perapian dapurnya berasal. Apalagi gunung ini seringkali dijadikan Ki Demang untuk sarana Wening ( berdiam diri sambil berdoa) untuk mencari Wangsit (petunjuk).
Atas peristiwa tersebut gunung tersebut bernama Wiling. Hal itu karena Ki Demang wilang-wiling (mencari kayu) di gunung ini. Gunung tersebut sangat subur, semua yang ditanam di tempat tersebut pasti tumbuh dengan subur. Sampai sekarang hasil dari hutan itu masih dapat mencukupi warga sekitar. Bahkan sumber airnya tak pernah surut walau musim kemarau tiba. (Bersambung)