Religi

Sejarah ‘Halal bi Halal’, Ketum PPP: Silaturahmi Bukan Sekedar Menyambung Pesaudaraan, Tapi Saling Memaafkan

JOMBANG, FaktualNews.co – Perayaan Idul Fitri di Indonesia saat ini tidak bisa dilepaskan dari tradisi “Halal bi Halal” yakni tradisi dimana umat muslim saling bertemu dan memaafkan kesalahan masing-masing.

Ketua Umum DPP PPP, Romahurmuziy dalam khutbah salat Ied di Masjid Jami Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Minggu (25/6/2017), menjelaskan bahwa pengaggas awal istilah “Halal bi Halal” adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Abdul Wahab Chasbullah.

“Pasca kemerdekaan tahun 1945, tepatnya tahun 1948 Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa, sementara para elit politik saling bertengkar dan tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan ada dimana-mana,” kata pria yang akrab disapa Romi ini dihadapan para jamaah salat Ied.

Ditengah bulan Ramadan 1367 Hijriah tahun 1948, Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke istana negara, untuk dimintai pendapatnya terkait situasi politik yang tidak sehat tersebut. Kemudian Kia Wahab memberikan saran kepada Presiden Soekarno untuk mengadakan silaturahmi, sebab sebentar lagi Idul Fitri, dimana umat Islan disunahkan bersilaturhami.

“Lalu bung Karno menjawab, ‘Silaturahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain’. Kata Kiai Wabah,’Itu gampang’,” tutur Romi seraya menirukan ucapan Kiai Wabah.

Kemudian, lanjut Romi, masih menirukan kata Kia Wabah “Begini, para elit politik tidak mau bersatu itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itukan dosa, supaya mereka tidak punya dosa maka harus dihalalkan mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan saling menghalalkan, sehingga nanti kita pakai istilah ‘Halal bi Halal’,” jelas Kiai Wabah.

Dari saran Kiai Wahab itulah bung Karno pada hari raya Idul Fitri 1367 Hijriah, mengundang semua tokoh politik ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru dan kekuatan untuk persatuan bangsa Indonesia.

“Makanya dalam khutbah ini saya tekankan bertapa pentingnya silaturahmi di Indonesia bukan sekedar menyambung persaudaraan tapi Halal bi Halal saling memaafkan,” ujar Romi.

Menurutnya persoalan pada tahun 1948 hari ini juga demikian. “Mari kita lakukan rekonsiliasi total, hentikan saling hujat dan menyalahkan. Lebih baik kita duduk bersama dan bergandengan tangan untuk membahas persoalan bangsa ini,” pintahnya.

Romi menuturkan, bahwa kemiskinan, pengangguran masih menjadi persoalan bangsa yang harus diselesaikan bersama-sama.

“Kalau kita saling menyalahkan, maka persoalan bangsa ini tidak akan selesai-selesai. Mari kita duduk bersama dan saling memaafkan,” tukas Romi.