Harga Bawang Merah Hanya Rp 7 Ribu, Petani Mojokerto Gulung Tikar
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Harga beli tengkulak kepada petani bawang merah di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kini kian memperihatinkan. Para tengkulak rata-rata membeli bawang merah dari para petani dengan kisaran harga mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu. Harga tersebut sangat merugikan petani.
Seperti yang dikeluhkan Sunarno, (55) seorang petani bawang merah asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Menurutnya, dengan harga beli tengkulak yang rendah, ia tidak optimistis bisa balik modal.
“Saya menanam bawang merah di lahan seluas 1.000 meter lebih, itu biaya operasionalnya kurang lebih Rp 25 juta. Itu mulai dari beli bibit, beli pupuk juga,” katanya, Senin (31/7/2017).
Harga beli sekira Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu itu, kata Sunarno, hanya berlaku terhadap bawang merah berkualitas super. “Awalnya harganya mencapai Rp 13 ribu per kilogram, akhirnya sekarang anjlok. Bawang super saja dihargai segitu, apalagi bawang merah yang biasa. Bisa-bisa dibeli dengan harga Rp 2 ribu atau Rp 3 ribu per kilonya,” imbuhnya.
Masih kata Sunarno, ia juga menjelaskan rincian harga pembelian bibit dan pupuk selama menanam bawang merah kali ini. Saat ini, harga bibit bawang merah per kilogramnya kisaran Rp 44 ribu hingg Rp 45 ribu.
“Tidak ada subsidi dari pemerintah kalau masalah bibit, ini petani di sini rata-rata beli bibit langsung dari bakulnya (penjual, Red) di daerah Nganjuk,” jelasnya.
Selain itu, sekali masa tanam bawang merah, pihaknya harus membeli pupuk selama dua kali. “Kalau mes (pupuk, Red) biasanya beli dua kali, karena memupuknya dua kali. Setiap beli, sekitar Rp 500 ribu. Kalau dua kali ya sekitar Rp 1 jutaan,” ungkapnya.
Sunarno mengaku, untuk keperluan memupuk tanaman bawang merah, biasanya ia menggunakan pupuk yang per 50 kilogramnya seharga Rp 190 ribu. “Biasanya tidak hanya satu pupuk, beberapa pupuk kami campur. Rata-rata ya pakai pupuk impor,” bebernya.
Penggunaan pupuk impor ini, menurutnya lebih berkualitas terhadap buah bawang merah. “Kalau kita pakai pupuk yg subsidi itu, kita sering gagal panen. Pupuknya kalah sama hama,” tandasnya.
Ia berharap, kedepannya pemerintah bisa lebih memerhatikan nasib para petani dengan tidak membiarkan harga jual petani yang sangat murah. “Minimal kalau kami jual, itu selisih seribu rupiah atau Rp 2 ribu lah dengan harga konsumen beli. Jangan anjlok seperti ini,” harapnya.
Sementara itu, dikonfirmasi juga, Sulasno, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pacet membenarkan adanya harga bawang merah yanh kian anjlok. Menurutnya, anjloknya harga bawang merah pada umumnya di wilayah Kabupaten Mojokerto, khususnya wilayah Pacet ini akibat panen raya bawang merah di daerah Nganjuk.
“Di sana memang saat ini sedang panen raya, jadi stok kan melimpah. Imbasnya harga bawang di petani menjadi anjlok. Mungkin ini dua minggu lagi, setelah stok bawang mulai habis, harga kembali stabil,” katanya.
Sulasno menjelaskan, alasan petani bawang merah di kawasan Pacet lebih memilih pupuk impor, dikarenakan hasil buahnya bisa lebih maksimal. “Selain ditunjang pupuk impor, para petani di sini memilih bibit yang bagus, rata-rata ambil dari Nganjuk. Hasilnya jadi tetap maksimal,” jelasnya.
Selain harga bawang merah yang anjlok, saat ini harga bawang daun juga turut anlok. Bahkan, saat ini harga daun bawang hanya Rp 3 ribu. “Dengan harga sekian, ini saja para tengkulak tidak ada yang mau ambil. Ini karena stoknya memang sedang melimpah,” imbuhnya.
Sulasno berharap, anjloknya harga bawang merah ini tidak berlarut-larut. Ia berharap dalam waktu dekat, harga bawang merah bisa kembali normal dan stabil.