Serapan Gabah di Mojokerto Jauh dari Target, Poktan : Kami Kesulitan Jual ke Bulog
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Penyerapan gabah di wilayah Mojokerto, Jawa Timur masih jauh dari target. Bahkan, hingga kini belum menginjak angka 50 persen.
Hal tersebut disampaikan Komandan Kodim (Dandim) 0815 Mojokerto, Letkol Czi Budi Pamudji saat berkunjung ke kantor Perum Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan, Selasa, (29/8/2017). Budi menyatakan, jika penyerapan gabah saat ini jauh dari target yang diinginkan.
“Target penyerapan gabah di Mojokerto sendiri masih terbilang rendah. Saat ini masih sekitar 27,79 persen dari target. Hal itu perlu adanya tindak lanjut. Maka dari itu, hari ini kami rapat dengan polisi dan para penggiling padi di sini,” ungkapnya.
Ada beberapa yang menjadi kendala baginya dalam memenuhi target penyerapan gabah. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak maksimalnya penyerapan gabah itu, yakni masa tanam kedua ini banyak yang panennya tidak maksimal.
“Akhir-akhir ini kita semua tahu, banyak petani yang panennya tidak maksimal. Hal itu dikarenakan sejumlah wilayah ada yang tanaman padinya terserang hama wereng. Itu salah satu contoh yang menjadi kendala kami,” jelasnya.
Faktor lainnya, masa panen yang tidak menentu mengakibatkan kualitas beras yang bisa dibilang jauh dari kata laik. Maka dari itu, Dandim berharap, para pengusaha gilingan padi bisa membantu memenuhi target serapan gabah di Kabupaten Mojokerto dengan cara memberikan kualitas gabah yang bagus.
“Kalau di Bulog sendiri pasti menentukan kualitas berasnya harus seperti apa. Itu untuk menjaga kualitas beras yang disimpan di gudang Bulog. Karena perlu kita ketahui, beras di Bulog ini bukan beras yang langsung konsumsi. Melainkan beras yang harus disimpan dulu, dan baru dikonsumsi setelah empat sampai enam bulan kedepan,” tandasnya.
Sementara itu, informasi yang dihimpun FaktualNews.co, minimnya penyerapan gabah yang dilakukan Perum Bulog Subdivre II Surabaya Selatan ini lantaran banyaknya Poktan bukan mitra Bulog yang ditolak saat menjual gabah ke Bulog. Padahal, gabah milik mereka kualitasnya sama dengan gabah lainnya.
“Jujur, kami kesulitan dan banyak yang ditolak. Saat kita hendak memasukkan (menjual, red) gabah ke Bulog Mojokerto. Alasannya kadar airnya terlalu tinggi dan lain sebagainya,” ungkap salah seorang sumber yang enggan disebutkan identitasnya.
Bahkan, lanjut sumber tersebut, tidak hanya Poktan atau Gapoktan, gabah yang diserap melalui Koramil-koramil di Mojokerto, juga menuai penolakan. Bahkan, jumlahnya tidak sedikit.
“Ada teman Poktan yang gabahnya diserap Koramil, tapi juga akhirnya ditolak juga. Padahal TNI juga mitra Bulog dalam penyerapan dan tentunya TNI tidak asal menyerap gabah. Pasti TNI punya prosedur yang baku, pasti tidak berani main-main,” imbuhnya.
Menurutnya, banyaknya Poktan dan Gapoktan yang ditolak oleh Bulog penuh kejanggalan. Sebab, pada akhirnya gabah mereka memenuhi standar saat dikirimkan ke Bulog lain di luar Mojokerto.
“Kemarin kita kirimkan ke Bulog Pasuruan. Gabah kami dibeli dengan harga yang sama, Rp 3.700 seperti yang ditetapkan oleh Bulog di Mojokerto. Terus kenapa disini tidak bisa,” terangnya.
Sumber yang mewanti-wanti agar identitasnya tidak disebutkan ini menduga, ada permainan dalam penyerapan gabah di Perum Bulog Subdivre II Surabaya Selatan. Hal ini dikuatkan dengan lolosnya gabah yang dikirimkannya ke Bulog lain selain di Mojokerto.
“Mungkin ya ini. Saya tidak menuduh, tapi faktanya disini ditolak, tapi di Bulog lain bisa masuk. Kenapa ini, apa aturannya berbeda antara Bulog satu dengan lainnya,” pungkasnya.