Kemarau Datang, Warga Kunjorowesi Bergelut Dengan “Tradisi” Kekeringan
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Setiap musim kemarau tiba, saat itu pula warga di Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang berada di lereng Gunung Penanggungan, akan bergelut dengan keringnya sumber mata air. Sebuah “tradisi” yang sudah turun temurun sejak zaman nenek moyang.
Masyarakat desa setempat setiap kali musim kemarau tiba, maka bisa dipastikan mereka harus rela berjalan menempuh jarak kurang lebih empat hingga lima kilometer hanya demi mendapatkan air bersih.
Biasanya masyarakat Desa Kunjorowesi mengandalkan air bersih dari kawasan situs Candi Belahan atau yang sering dikenal dengan sebutan Sumber Tetek yang berada di kawasan Dusun Belahan, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gembol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Namun, kini sumber mata air di lokasi tersebut sudah mulai berkurang tidak seperti dulu.
“Hal itu disebabkan oleh faktor alam dan mulai berkurangnya pepohonan yang berada di kawasan tersebut. Kalau pohon itu masih banyak, kan biasanya bisa menyerap air lebih banyak. Kalau berkurang ya sumber air akhirnya berkurang,” kata Kepala Desa Kunjorowesi, Susidarsono, kepada FaktualNewa.co, Kamis (31/8/2017).
Ia mengaku, bahwa selama ini yang meringankan penderitaan warga Desa Kunjorowesi dalam mendapatkan pasokan air bersih hanya dari beberapa kelompok yang terketuk hatinya untuk membantu.
Baru akhir-akhir ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto memasang sejumlah tandon air di beberapa titik yang dianggap mengalami kekeringan paling parah di Desa Kunjorowesi.
“Ini saja kami dibantu mobil tangki PMI untuk mendistribusikan air bersih setiap harinya. Mobil PMI ini digunakan untuk ambil air bersih kemudian diisikan ke tandon-tandon air yang sudah ada. Sedangkan, untuk biaya operasinal, kami pakai uang desa,” jelas Susidarsono.
Tandon yang diberikan oleh BPBD Kabupaten Mojokerto, untuk menampung air pun hanya ditaruh dibeberapa titik yang dinilai rawan kekeringan. Seperti, Dusun Telogo, Dusun Kunjoro dan Dusun Sumber.
Kejadian kekeringan tersebut, menurut Susidarsono, tidak bisa diprediksi berlangsung hingga berapa lama. “Intinya kalau hujan turun, kekeringan ini sudah usai. Informasi yang saya terima, prediksi hujan akan turun sekitar bulan Oktober 2017 ini. Tapi itu juga masih tidak pasti, bisa jadi mundur,” kata dia.
Hal senada juga diungkapkan, Sunaidah, warga asal Dusun Telogo, Desa Kunjorowesi.
Ia mengaku, terpaksa harus membeli air setiap hari demi mencukupi kebutuhan sehari-hari saat air yang didistribusikan dirasa kurang.
Terlebih, ia juga mempunyai anak balita yang saat ini masih berusia satu tahun. “Kadang buat masak dan mandi tidak cukup. Jadi harus beli air. Itupun, jaraknya juga cukup jauh. Kalau ada air gratis seperti ini, kami sangat terbantu,” kata dia.