Peristiwa

Ikuti Ruwat Sukerta, Masyarakat Harapkan Keberkahan

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Puluhan orang mengikuti acara Ruwat Sukerta di halaman Pendopo Agung yang berada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jum’at (22/9/2017).

Puluhan peserta ruwat Sukerta terdiri dari kalangan tua, muda maupun anak-anak. Bahkan, tampak pula sejumlah balita yang ikut dalam tradisi itu.

Peserta Ruwat Sukerta berjajar rapi dengan menggunakan pakaian dari kain mori putih. Mereka antri menunggu giliran mengikuti prosesi siraman tujuh air suci.

Para peserta ruwat ini berasal dari daeraj Mojokerto serta beberapa daerah lainnya, seperti Sidoarjo, Jombang, Trenggalek, Surabaya, Gresik. Ada pula masyarakat dari daerah lainnya yang sengaja datang untuk mengikuti prosesi Ruwat Sukerta.

Ruwat Sukerta dipercaya sebagian masyarakat bisa mendatangkan keberkahan setelah peserta ruwat mengikuti prosesi siraman. Air yang digunakan untuk ritual Ruwat Sukerta berasal dari tujuh sumber air.

Ketujuh sumber itu, yakni air kelapa, air laut tawar, air hujan, embun, sumber tempur, air sendang, serta air sumber dari tujuh petirtaan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Dalam acara Ruwat Sukerta, masing-masing peserta dengan didampingi dua pemangku adat, mengikuti proses siraman di depan wadah air yang telah dicampur bunga-bunga. Air suci disiramkan mulai dari ujung kepala hingga membasuhi seluruh tubuh.

Setelah proses siraman selesai, seorang pemangku adat lainnya memotong sedikit rambut. Potongan rambut itu selanjutnya ditaruh ke dalam sebuah lembaran kain dan disisihkan ke dalam sebuah mangkuk.

Setelah prosesi mandi air suci dan potong rambut selesai, peserta kemudian digiring menuju pemangku lainnya untuk diberikan sebuah benang yang disematkan di tangan sebelah kanan.

Selanjutnya, masing-masing peserta yang telah menyelesaikan ritual siraman, pemotongan rambut dan pemotongan benang, dipersilahkan untuk mengganti pakaian. Setelah itu mereka diminta menyaksikan pagelaran wayang kulit dengan lakon Lahire Mahesa Sura.

Pemangku Adat Ki Wiro Kadeg Wongso Jumeno mengatakan, ruwatan ini merupakan laku budaya Jawa yang sudah ada sejak jaman dahulu. Ruwatan ini merupakan ikhtiar manusia untuk meminta keberkahan tuhan, dijauhkan dari kesialan hidup serta dikabulkan cita-citanya.

Ruwat Sukerta, ujar Ki Wiro Kadeg Wongso Jumeno, sebenarnya tidak harus dilakukan di bulan suro.