KEREN ! Salak Indonesia Kini Tembus Selandia Baru
SURABAYA, FaktualNews.co – Upaya pemerintah Indonesia melakukan perluasan pasar ekspor buah, membuahkan hasil yang cukup baik bagi para petani buah. Saat ini, salak asal Indonesia bisa menembus pasar Selandia Baru.
Badan Karantina Pertanian (Barantan) telah melakukan fasilitasi dan negosiasi dengan Ministry of Primary Industry (MPI) New Zealand untuk mendapatkan akses pasar salak ke Selandia Baru.
Diawali dengan pendampingan penyiapan kebun registrasi, rumah kemas (packing house) registrasi, prosedur pelayanan sertifikasi fitosanitari, serta audit lapangan oleh Tim Ahli MPI Selandia Baru, hingga akhirnya dikeluarkan Import Health Standard (IHS): Fresh Salacca for Human Consumption pada tanggal 9 Juni 2017.
“Penerbitan IHS oleh Pemerintan Selandia Baru menandakan bahwa buah salak Indonesia dapat masuk ke pasar Selandia Baru sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam IHS, yang pada dasarnya buah salak yang diekspor ke Selandia Baru harus bebas hama dan penyakit (organisme pengganggu tumbuhan, OPT) dan memenuhi standard keamanan pangan Selandia Baru,” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini dalam keterangannya, Senin (23/10/2017).
Dalam IHS tersebut, dipersyaratkan buah salak harus berasal dari kebun yang telah terdaftar dan di proses di packing house yang telah terdaftar dengan menerapkan standar ekspor di seluruh tahapan kegiatannya, baik yang dilakukan di kebun (pengendalian penyakit, pemanenan) maupun di packing house (sortir, pembersihan, grading, packaging, labeling).
Ekspor perdana buah salak Indonesia ke Selandia Baru dilakukan hari ini melalui Bandara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta. Ekspor didahului dengan penandatanganan kesepakatan protokol ekspor buah salak dari Indonesia ke Selandia Baru oleh Kepala Badan Karantina Pertanian dan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia.
Penandatanganan kesepakatan langsung dilakukan di lokasi pengemasan buah salak yang akan diekspor ke Selandia Baru, yaitu di packing house salak teregistrasi milik Asosiasi Prima Sembada di Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan agar stakeholder menyaksikan secara langsung proses sertifikasi fitosanitari buah salak berbasis in-line inspection yang dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan BKP Kelas I Yogyakarta.
“Ke depan, untuk meningkatkan percepatan layanan ekspor, Badan Karantina Pertanian juga akan menerapkan Electronic Certification (e-Cert) dalam penerbitan Phytosanitary Certificate. Saat ini, proses penerapan e-Cert dengan pemerintah Selandia Baru dalam proses finalisasi,” jelasnya.
Sejalan dengan komitmen Presiden Republik Indonesia dengan beberapa Kepala Negara mitra dagang yang terlibat di dalam perundingan Comprehensive Economic Partnership Arrangement (CEPA), salah satu komponen perundingan perdagangan internasional tersebut yang erat kaitannya dengan akses pasar adalah pemenuhan ketentuan persyaratan teknis (sanitary and phytosanitary, SPS) dari negara pengimpor.
Dengan keberhasilan Indonesia menembus pasar hortikultura Selandia Baru untuk komoditas unggulan buah tropis khas Indonesia yaitu Salak, maka akan menambah jenis komoditas unggulan Indonesia yang masuk ke negara ini. 5 komoditas pertanian yang telah masuk ke Selandia Baru masing-masing, palm kernel meals, ampas sawit, santan kelapa, kelapa parut dan kakao pasta dengan volume sebesar 947,8 ton atau meningkat sebesar 9.02 persen di banding tahun 2016.
“Hal ini tentu membawa nilai positif bagi posisi tawar Indonesia didalam berbagai perundingan internasional dan juga membawa prestasi Indonesia dalam meningkatkan akselerasi ekspor sesuai dengan program yang diamanatkan oleh Kementerian Pertanian,” pungkasnya.
Asal tahu saja, buah salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu buah tropis unggulan Indonesia yang banyak digemari oleh konsumen mancanegara. Tercatat, selama tahun 2016 dan 2017 sebanyak 791 ton dan 477 ton buah salak telah diekspor ke berbagai negara di dunia, di antaranya China, Australia, Belanda, Prancis, Malaysia, Thailand, Kamboja, Hong Kong, Singapura, Saudi Arabia, UEA, Timor Leste, dan Kuwait.