FaktualNews.co – Noel Zayas tidak kenal lelah membawa anaknya berobat ke dokter-dokter yang ada di Kuba. Naas, tidak ada satupun yang menanganinya dengan baik.
Dari para dokter itu ia dan keluarganya hanya mendapat informasi bahwa, tumor di wajah anaknya yang sebesar bola basket itu terlalu komplek. Sangat beresiko untuk dilakukan tindakan operasi pengangkatan.
“Saya datangi setiap rumah sakit. Sungguh sangat berat menyaksikan anak kita dalam kondisi mengidap kelainan, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Zayas kepada surat kabar Miami Herald.
Begitulah. Anak lelakinya, Emanuel Zayas (14) mengalami gangguan pertumbuhan pada beberapa tulang (polyostotic fibrous dysplasia). Sejumlah tulang yang sebelumnya normal digantikan oleh jaringan fibrosa atau jaringan parut. Demikian menurut Mayo Clinic.
Melansir dari laman independent.co.uk pada Senin (25/12/2017), Polyostotic Fibrous Dysplasia mulai mempengaruhi pertumbuhan lengan dan kaki kiri Emanuel sejak ia berusia 4 tahun. Selanjutnya gangguan itu semakin parah dan mengancam keselamatannya saat memasuki usia remaja.
Saat memasuki usia 11 tahun, satu jerawat tumbuh di salah satu sisi hidung Emanuel. Anehnya, jerawat itu terus tumbuh membentuk gumpalan daging besar. Bahkan saat ini beratnya mencapai 4,5 Kg dan besarnya seukuran dengan kepalanya.
“Tumornya sudah menutupi wajahnya dan sudah sangat mempengaruhi pertumbuhan wajar struktur tulang rahang bagian atas dan hidungnya,” demikian menurut Jackson Healt Foundation, sebuah lembaga amal yang menggalang dana untuk kasus seperti yang dialami Emanuel ini.
Pada saat berusia 14 tahun, Emanuel hanya dapat bernafas melalui mulutnya dan “sangat kurang gizi.” Matanya bekerja baik, tapi penglihatannya terhalang oleh pertumbuhan di wajahnya.
Menurut hasil diagnosa tumor raksasa tergolong jinak, selnya tidak akan menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun demikian jika tidak diobati, akhirnya akan membunuh Emanuel. Bila dibiarkan tumbuh tumor itu akan menghancurkan tenggorokannya dan secara perlahan mencekik remaja tersebut. Dokter khawatir itu bisa mematahkan lehernya.
Setelah sekian lama berjuang dengan tumor dan gangguan tulang, secercah harapan akhirnya datang juga kepada Emanuel. Seorang misonaris dari Amerika memperkenalkannya dengan Dr. Robert Marx, kepala bedah mulut dan maksilofasial di University of Miami Health System.
Sebenarnya Marx sudah pernah mendengar tentang kasus Emanuel di sebuah konferensi medis. Dia adalah satu dari sedikit orang yang mampu mengidentifikasi kelainan semacam yang dialami Emanuel secara cepat dan tepat. Marx berpengalaman mengoperasi seorang wanita Haiti dengan tumor wajah seberat 16 pon 10 tahun yang lalu.
Pengalaman lain, pada tahun 2008 Marx berhasil mengangkat tumor wajah seorang gadis vietnam setelah melakukan operasi maraton selama 14 jam. Sebelumnya tumor yang semula berupa kista itu telah menggerogoti hampir separuh bagian bawah wajah gadis itu.
Saat ini Marx dan sejumlah dokter secara suka rela menyumbangkan waktu dan keahliannya untuk menyelamatkan Emanuel. Juga para dermawan, mereka menggalang dana lebih dari 200 ribu dolar Amerika untuk membiayai operasi tersebut.
Tiga minggu yang lalu, mereka telah menerbangkan Emanuel dan keluarganya ke Miami. Operasi dijadwalkan pada 12 Januari tahun depan.