Peristiwa

PGRI Sampang Minta Pelaku Penganiayaan Guru Budi Dihukum Berat

SAMPANG, FaktualNews.co – Ratusan guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Pengadilan Negeri (PN) Sampang, Madura, Jawa Timur, Rabu (21/2/2018).

Dalam aksinya mereka mendesak agar persidangan berjalan sesuai dengan proses hukum yang berlaku.

Aksi solidaritas terhadap guru Budi ini tidak hanya dihadiri oleh golongan guru, nampak mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesi (PMII) Cabang Sampang, juga ikut bergabung.

Koordinator aksi PGRI Sampang, H Budiono dalam orasinya mendesak jajaran Pengadilan Negeri agar pelaku divonis dengan seadil-adilnya serta diproses sesuai hukum yang berlaku.

Tak hanya itu, massa juga berorasi meninggalnya guru Budi di tangan siswanya merupakan pembelajaran dan pengalaman buruk bagi dunia pendidikan.

“Penegak hukum harus bersikap adil dan pelaku penganiayaan terhadap guru Budi, harus dihukum seadil-adilnya,” tegasnya, Rabu (21/2/2018).

Para guru berharap kasus penganiayaan siswa kepada gurunya ini menjadi kasus yang terakhir di negara Indonesia.

Diketahui, Ahmad Budi Cahyono, guru honorer mata pelajar seni rupa (kesenian) SMAN 1 Torjun (Smator) Sampang, Jawa Timur, menghembuskan nafas terakhir saat menjalani perawatan di rumah sakit di Surabaya.

Diduga kuat, guru tersebut meninggal dunia akibat penganiayaan yang dilakukan oleh muridnya berinisial MH. Budi Cahyono meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD dr. Soetomo Surabaya, Kamis (1/2/2018) malam, sekitar pukul 21.40 WIB.

Informasi yang berhasil dihimpun, warga Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang itu terjadi pada jam pelajaran terakhir, dengan materi seni lukis yang disampaikan oleh korban. Saat itu, pelaku tidak mendengarkan pelajaran dan justru mengganggu teman-temannya dengan mencoret-coret lukisan peserta didik yang lain.

Korban berusaha memperingati pelaku. Namun, bukan mengindahkan, melainkan tambah menjadi-jadi dan akhirnya korban menindak siswa tersebut dengan mencoret pipinya menggunakan cat lukis.

Tak terima dengan tindakan sang guru, pelaku tiba-tiba menghampiri korban dan membabi buta menghajar kepala korban. Siswa lain berusaha melerai dan dibantu guru lain yang mengetahui peristiswa tersebut.

Sesampainya di rumah, korban merasa sakit leher dan pusing. Ia mencoba istirahat namun semakin parah. Pihak keluarga kuatir dan akhirnya di bawa ke RSU dr Soetomo Surabaya.