Dari Siswa SMA, Mahasiswa hingga Ibu Rumah Tangga, Pelaku Bisnis Prostitusi di Jombang
JOMBANG, FaktualNews.co – Praktik prostitusi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, bak fenomena gunung es, hanya sedikit yang nampak, namun mengakar. Bhakan, usut punya usur, bisnis esek-esek itu, kini sudah merambah berbagai kalangan, mulai siswa SMA, mahasiswa hingga ibu rumah tangga (IRT).
IS misalnya, salah seorang siswa SMA di wilayah utara sungai Brantas, tepatnya di Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Siswa yang kini duduk di bangku kelas XII itu sudah beberapa tahun terakhir menjadi wanita panggilan atau sering disebut WP. ‘Pekerjaan’ itu ia lakoni hanya untuk mendapatkan rupiah.
“Sudah 2 tahun. Untuk cari uang, lumayan hasilnya bisa buat mencukupi kebutuhan dan main sama teman-teman,” ucapnya singkat saat ditemui jurnalis FaktualNews.co di wilayah Kecamatan Ploso, Senin (23/4/2018) pagi.
Remaja berparas cantik yang memiliki rambut panjang ini menuturkan, tak hanya dirinya yang menekuni pekerjaan sebagai pemuas syahwat lelaki hidung belang. Akan tetapi ada beberapa rekannya yang juga melakoni bisnis serupa. Alasannya pun sama, kebutuhan pulsa, internet serta biaya nongkrong di cafe menjadi penyebabnya.
“Ada banyak kok. Tidak hanya anak sini, tapi ada juga di Kabuh, Jomkot (Jombang Kota) Mojoagung, Perak juga, banyak sekali. Coba saja ke sekolah ini, pasti dapat,” terangnya sembari menyebutkan nama beberapa sekolah di wilayah Kabupaten Jombang.
Bahkan, Is juga menyebut beberapa WP yang juga kini berstatus sebagai mahasiswi di beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) di Kota Santri. Menurutnya, tidak sedikit mahasiswi yang juga terlibat dalam bisnis prostitusi terselubung ini.
“Kalau mahasiswi ada juga yang nyambi sebagai purel (pemandu lagu), tapi yang jadi WP biasa juga banyak. Saya juga banyak yang kenal, karena sebelumnya ada yang mengenalkan,” terang IS melanjutkan ceritanya sembari menyebutkan beberapa cara untuk bisa mendapatkan WP di Jombang.
Penuturan Is ini memang selaras dengan penulusuran FaktualNews.co. Tidak sedikit pemandu lagu yang juga duduk dibangku PTS di Kota Santri. Status mahasiswi dianggap lebih menarik ketimbang tak bekerja. Selain itu, juga bisa menaikan nilai tawar ke para hidung belang. Apalagi, mereka yang berkantong tebal, sehingga menguntungkan bagi para PSK ini.
“Beda dong, mahasiswi (status) lebih enak. Bisa dijadikan alasan juga kenapa tarifnya lebih besar dari pada yang biasa, misalnya buat bayar kuliah atau biaya apa gitu, biar diberi bonus,” terang Nov, mahasiswi yang juga bekerja sebagai WP.
Sementara, untuk PSK yang berstatus sebagai ibu rumah tangga (IRT) lebih memilih menggunakan jaringan dalam melakoni praktik prostitusi ini. Mereka lebih terorganisir dan berada di bawah naungan seorang ‘Mami’ alias germo. Sehingga praktinya lebih tertutup.
“Rata-rata karena kebutuhan ekonomi, pendapatan suami kecil. Selain itu juga karena ditinggal suami kerja di luar kota,” tutur NN ibu satu anak ini.
Wanita yang sudah 2 tahun menjalani pekerjaan sampingan sebagai pemuas laki-laki ini memaparkan, awalnya ia tak menyangka akan terjun di dunia kelam ini. Namun, kebutuhan ekonomi yang menjadi dalih ia terseret arus praktik prostitusi.
“Awalnya saya diajak sama teman, dulu satu sekolah. Ditawarin dapat uang banyak, tapi kerjanya mudah. Mau bagaimana lagi. Uang belanja dari suami tidak cukup. Jadi saya terpaksa. Lagian juga tertutup, suami di luar kota jadi tidak tahu,” terang wanita yang kini berusia 33 tahun itu.
NN pun tak tahu hingga kapan ia akan menjalani perkerjaan terlarang itu. Namun, yang pasti wanita yang juga lulusan PTS swasta di Jombang, saat ini menggantungkan hidup dari praktik prostitusi terselubung bersama dengan beberapa rekannya itu.