Menilik Cara ‘Mami’ Tekuni Bisnis Prostitusi di Jombang
JOMBANG, FaktualNews.co – Terorganisir, begitulah bisnis esek-esek di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Belakangan terungkap, para wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) ini diakomodir oleh beberapa orang yang disebut ‘Mami’ alias mucikari.
Kabar tersebut lantas menuntun FaktualNews.co untuk melakukan penelusuran lebih lanjut. Melalui salah satu grup media sosial (Medsos), tim redaksi pun menemukan salah satu ‘Mami’ yang mengorganisir praktik prostitusi di Kota Santri.
Sebut saja namanya Shy, seorang mucikari yang aktif menawarkan beberapa anak buahnya melalui jejaring media sosial. Di Jombang, Shy merupakan salah satu pemain baru dalam bisnis esek-esek. Ia beroperasi di Kota Santri sejak dua tahun belakangan. Menurut penuturan sejumlah ‘anak asuhnya’, Shy tergolong mucikari kelas menengah.
“Sejak pertama begituan (jadi wanita panggilan), saya kenalnya sama dia, tidak sengaja ketemu di cafe. Ketika itu, saya bertengkar dengan pacar. Dia dengar kemudian ngobrol dengan saya. Dari obrolan itu dia sering curhat dan akhirnya mengajak saya, karena tahu saya sudah tidak perawan,” tutur Is, salah satu PSK yang masih berstatus sebagai siswa SMA di wilayah utara sungai Brantas, Selasa (23/4/2018).
Shy sangat jarang melakukan kontak fisik dengan para PSK yang ‘diasuhnya’. Sistem transaksi yang digunakan lebih modern, yakni melalui aplikasi whatsapp. Sehingga, keduanya pun jarang bertatap muka. Hanya pada saat momen-momen tertentu saja.
“Dulu sebelum menggunakan WA (whatsapp), pakai BBM (blackberry messenger). Dia kirim nomor handphone, foto pelanggan dan nomor kamar hotel serta durasi waktunya. Saya tinggal datang ke situ. Untuk uangnya ditransfer,” paparnya sembari memainkan sedotan air minum di depannya.
Berbeda dengan Is, Kenanga (bukan nama sebenarnya) memiliki kisah lain saat kali pertama bertemu dengan sang ‘Mami’. Wanita yang baru menyelesaikan pendidikan tingkat SMA itu terjerumus ke lembah dunia hitam lantaran ekonomi keluarganya yang tak mampu.
“Saya bukan asli Jombang. Tahun 2017 saya ke sini karena lihat informasi lowongan kerja sebagai karyawan perusahaan di sebuah grup Facebook. Dari itu kemudian saya tertarik. Setelah ke Jombang, ternyata ditawari jadi WP. Awalnya menolak, tapi karena dijanjikan uang yang banyak akhirnya saya mau,” papar Kenanga, wanita muda asal Kabupaten Lamongan.
Kenanga pun mengaku pernah mendapat cerita yang berbeda dari rekan seprofesi yang dikenalnya. Ada beberapa cara yang digunakan sang ‘Mami’ untuk memikat para wanita muda agar menjadi pemuas nafsu kaum pria, selain menawarkan pekerjaan.
“Ada yang diajak bisnis online. Ceritanya kenal si ‘Mami’ di Facebook kemudian menawarkan bisnis online dan bertemu. Setelah akrab, teman saya itu pinjam uang. Dikasih sampai Rp 7 juta, kemudian ditawari menjadi WP,” jelas Kenanga menjelaskan kondisi rekannya yang berasal dari keluarga kurang mampu di ujung timur Kabupaten Jombang.
Masih menurut cerita Kenanga, sang ‘Mami’ memang memiliki beberapa anak asuh. Tak hanya beroprasi di wilayah Kabupaten Jombang, namun ada beberapa pelanggan dari wilayah Mojokerto dan Nganjuk serta Kediri, yang menggunakan jasanya. Mereka pun sering kali harus ke luar Jombang untuk melayani pelanggan.
Menurut penuturan Kenangan dan Is, memang pendapatan sang ‘Mami’ tidak lebih besar dari keduanya. Untuk sekali kencan dengan durasi long time (lt), besaran tarif yang dibanderol para mucikari ini mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,3 juta.
“Pokok sekali kencan, kami dapat 80 persen kalau lt. Kalau st (short time), tarifnya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu, dia (mucikari) dapat 30 persen. Sebulan mungkin sekitar Rp 4-5 juta dia dapatnya. Kalau banyak yang nyari, bisa lebih,” urai wanita cantik ini.
Para mucikari ini, lanjut Kenanga, juga tak asal menerima pria yang ‘mengorder’ anak buahnya. Seolah ingin membentengi praktik ilegalnya itu, sang ‘Mami’ kini kian selektif menerima order dari pria hidung belang. Terlebih dalam kondisi saat ini. Dimana aparat kian giat melakukan razia.
“Tidak di backup aparat. Tapi lebih selektif dia milihnya. Biasanya selalu ditanya, dapat informasi dari mana, kemudian referensi dari siapa dan lain sebagainya. Karena memang anak buahnya tidak ada yang nyambi sebagai pemandu lagu atau lainnya. Hanya menjadi wanita panggilan saja,” jelas Kenanga yang kini berusia 19 tahun.
Sayangnya, beberapa mucikari yang ditemui redaksi FaktualNews.co, enggan berbagi cerita perihal bisnis syahwat yang ditekuninya itu. Shy menolak saat media ini berupaya untuk menggali alasannya menjalankan bisnis esek-esek di Kota Santri. (Elok Fauria/Syaiful Arief)