Keterlibatan Perempuan dalam Aksi Bom Bunuh Diri, Mudah Dalam Penyamaran
SURABAYA, FaktualNews.co – Serangan bom bunuh diri di beberapa gereja dan markas Polrestabes Surabaya pada hari Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) mengejutkan semua pihak. Meski, beberapa kota di Indonesia pernah mengalami aksi teror dengan menggunakan manusia sebagai martir, namun serangan yang terjadi di kota pahlawan itu, merupakan hal baru di Indonesia.
Bukan pola penyerangan, hal baru yang dimaksud terletak pada pelaku serangan yang belakangan wanita dan anak-anak turut terlibat didalamnya.
“Ini baru pertama kali di Indonesia, anak umur sembilan dan 12 tahun, dilengkapi dengan bom pinggang dan kemudian melakukan bunuh diri,” ujar Kapolri jenderal pol Tito Karnavian saat jumpa pers di Mapolda Jawa Timur, (14/5/2018).
Pernyataan itu menyikapi kasus penyerangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh Puji Kuswati (43) selaku istri otak serangan, Dita Oepriarto, di Gereja Kristen Indonesia (GKI) jalan Diponegoro Surabaya. Puji melibatkan kedua anak perempuannya bernama Fadhila Sari (12) dan Famela Risqita (9).
Seorang Antropolog Budaya Universitas King Fahd Dhahran Arab Saudi, Sumanto Al Qurtuby berpendapat bahwa keterlibatan perempuan dalam serangan bom bunuh diri karena faktor pakaian yang dikenakan membantu penyamaran mereka.
“Perempuan dengan pakaian seperti itu sebagai pelaku bom bunuh diri, karena dianggap pihak berwenang akan merasa lebih sulit mencurigai dan mendeteksi penyerang,” jelas Sumanto seperti dikutip dari situs dw.com
Dengan pakaian panjang, kata Sumanto, pelaku bisa mengikatkan bom ke pinggang dan kakinya. Sementara keterlibatan anak-anak menurutnya, karena pola seperti itu sudah lama dilakukan oleh kelompok radikal di Timur Tengah. Kemungkinan pelaku di Indonesia mengadopsi pola ini.
Tim Densus 88 Mabes Polri pasca serangan kemudian bergerak cepat, menyisir tempat di beberapa kota di Jawa Timur yang dipakai oleh terduga teroris. Tindakan represif tim anti teror kepolisian ini mengakibatkan belasan terduga teroris tewas saat penggerebekan.
Selama operasi, hingga berita ini ditulis, sedikitnya ada 18 orang tertangkap, tiga diantaranya berstatus sebagai saksi. Dari ke 18 orang itu, lima diantaranya berjenis kelamin perempuan.