JOMBANG, FaktualNews.co – Berbicara sejarah berdirinya Pondok Pesantren (Ponpes) Putri Walinsongo Cukir, Jombang, Jawa Timur, tentu tidak akan lepas dari peranan penting KH. Adlan Aly, selaku pencetus Pesantren Putri tersebut.
Pada tahun 1951 – 1952 dikawasan Cukir seseorang yang belajar di Pesantren masih didominasi oleh kaum laki-laki. Karena, pada masa itu belum ada budaya bagi perempuan untuk mondok. Namun, seiring berjalannya waktu beberapa pesantren mulai sadar akan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dengan mulai membuka Pesantren Khusus kaum perempuan. Salah satunya yang pertama kali dibuka waktu itu Pesantren Mamba’ul Ma’arif, Denanyar, Jombang oleh KH. Bisri Syansuri.
Sedangkan saat itu Pondok Pesantren Tebuireng, belum membuka peluang bagi perempuan. Oleh karena itu KH. Hasyim Asy’Ari kepada Kiai Adlan Aly untuk membuka peluang untuk mendirikan pesantren putri di Cukir.
Akhirnya pada tahun 1951, KH Adlan Aly mengumpulkan beberapa orang terkemuka di Desa Cukir dan pimpinan Madrasah Ibtidaiyah disekitar untuk menyepakati pendirian lembaga pendidikan untuk perempuan di Cukir dan akhirnya lahirlah Madrasah Mu’allimat Cukir.
Dengan dibantu oleh para Kiai di sekitar Cukir, KH. Adlan Aly mengajarkan ilmu agama ke para santriwati yang saat itu masih berjumlah sekitar 30 orang, dan masih mayoritas warga sekitar Cukir sendiri. Jam belajarnya pun saat itu masih dirumah KH Adlan Aly, pada waktu sore hari.
Akhirnya pada tahun 1952-1976 seiring berjalannya waktu, jumlah para santriwati pun terus bertambah dan KH Adlan Aly, akhirnya mendirikan tempat belajar khusus yang saat itu masih terbuat dari bambu sebagai ruang kelas para santriwati nya, jam belajarnya pun saat itu juga berubah saat pagi hari.
Karena saat itu sudah mulai banyak beberapa santriwati yang dari luar Cukir, dan rumahnya sangat jauh. KH.Adlan Aly membuat asrama khusus sebagai tempat tinggal mereka, namun saat itu asrama para santri masih di tempat kan di Rumah KH.Adlan Aly sendiri dan saat ini di kenal dengan nama Pondok Pesantren Putri Walisongo.
Akhirnya pada tahun 1955-1957, KH Adlan Aly, mendirikan Madrasah Ibtidaiyah sebagai penunjang pendidikan dasar para santri. Hingga di tahun 1958 didirikan gedung permanen dari batu bata merah tentu saja saat itu dana pembangunan masih menggunakan uang pribadi KH Adlan Aly, dari hasil menyewakan sawahnya selama tujuh tahun sebagai pembangunan gedung itu.
Sejak pembangunan gedung itu, kurikulum belajar santri pun diubah dengan persentase 60 persen pendidikan Agama dan 40 persen pendidikan umum, dan ditambahkan “vloor class” Sebagai kelas dasar untuk para lulusan SD dan SMP, yang saat itu masih belum mengenal ilmu agama secara mendalam.
Karena jumlah pelajar di Madrasah Mu’allimat Cukir semakin membeludak, baik dari santriwati dan pelajar dari luar pesantren. Akhirnya pemerintah Kabupaten Jombang, mulai memberikan guru bantuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai tenaga pengajar pembantu.
Hingga saat ini ada empat unit pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan badan wakaf Kh. Adlan Aly meliputi, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah sanawiyah, Madrasah Aliyah dan pondok pesantren putri Walinsongo.
Sementara unit pendidikan yang ada dibawah naungan pondok pesantren putri Walinsongo Cukir yakni, Madrasah Diniyah, Madrasah Dirasat Al-Qur’an Qur’an, Madrasah Hifdz al-Qufan, dan Syubat al-Lughat al-Arabiyyah.
Secara umum baik Pondok Pesantren Walisongo maupun Madrasah Mu’allimat, kini telah berkembang cukup pesat.
Apalagi kegiatan belajar- mengajar kini didukung dengan fasilitas penunjang yang cukup memadai, seperti dibangunnya Koperasi Pondok Pesantren, yang menyediakan berbagai kebutuhan harian santri seperti sabun, buku, kitab, fasilitas Internet, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Laboratorium MIPA, Laboratorium Audio Visual, dan Perpustakaan.