Menjelang Waisak 2018, Patung Budha Tidur di Maha Vihara Mojokerto Dibersihkan
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Menjelang perayaan Hari Raya Waisak, patung Budha tidur yang ada di Maha Vihara Majapahit Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dibersihkan.
Sejumlah persiapan menjelang Hari Raya Waisak dilakukan, termasuk membersihkan patung dengan panjang 22 meter, lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter tersebut.
Upasaka Pandita Dharmmapalo (UP), Saryono mengatakan, Waisak ke 2562 tahun 2018 persiapan yang dilakukan tidak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Karena ini menjadi agenda rutin tapi tahun ini jatuhnya malam sehingga persiapan agak lumayan,” ujarnya, Selasa (22/5/2018).
Dijelaskannya, pihaknya juga akan menyiapkan berbagai aksesoris lainnya saat Hari Raya Waisak nanti, seperti lampu, pelita dan obor.
Saryono menuturkan, pembersihan rupang Budha tersebut tidak menggunakan air saja. Patung Budha raksasa itu dicuci dan disabun kemudian dibersihkan dengan air bunga.
Dengan ukuran patung yang besar itu, menurutnya, yang paling susah dibersihkan adalah bagian kepala belakang patung.
“Dilanjutkan pembersihan dan persiapan untuk ritual prada sina Yakni mengitari komplek Maha Wihara. Umat dan para banthe semuanya membawa persembahan dan kembali ke darma sala atau tempat ritual, nanti juga dipersiapkan mandi rupang Sidarta,” katanya.
Puncak Waisak tahun 2018 jatuh pada tanggal 29 Mei pukul 21.19.13 dengan tema ‘Harmoni dalam Kebhinekaan untuk Bangsa’. Waisak sendiri memperingati tiga peristiwa yakni lahir, pencerahan dan meninggal.
Untuk diketahui, patung Budha tidur di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto tersebut dibangun pada tahun 1993.
Pembangunannya secara manual dan merupakan terbesar ketiga se-Asia Tenggara setelah Thailand dan Kamboja. Namun baru dicat tahun 1999 dengan seluruh bagian patung dicat warna kuning keemasan.
Warna kuning emas karena Budha dalam agama Budha sebagai pencetus ajaran Budha, simbol warna emas dipercaya yang paling bagus.
Sedangkan di bagian bawah patung terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama. Yakni hukum karmaphala dan hukum tumimbal lahir.
Posisi tubuh patung sendiri berbaring miring menghadap ke arah selatan dan kepala bersandar di atas bantal yang disangga menggunakan lengan kanannya.
Posisi tersebut merupakan posisi saat Budha saat meninggal dunia. Patung Budha ada di setiap wihara, baik kecil maupun besar. Yang membuat orang banyak bertanya dibangun sebesar ini karena dasar tempat ibadah, sisi historis Majapahit besar keyakinan Budha dan Hindhu.