HMI IAIN Madura Kecam Aksi Represif Polisi saat Aksi di Depan Istana
PAMEKASAN, FaktualNews.co – Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi kepada peserta aksi memperingati 20 tahun reformasi pada (21/05/2018) di depan Istana Negara Jakarta mendatangkan berbagai reaksi dari Mahasiswa Madura.
Dalam kejadian itu oknum polisi tersebut di nilai tidak lagi peduli terhadap mahasiswa yang menyuarakan keadilan dan kebenaran. Padahal, polisi yang seharusnya menjadi polisi pengaman dan menjadi mitra dari bagian pemuda dan mahasiswa.
“HMI IAIN Madura mengecam keras aparat Kepolisian yang bertindak brutal dan kejam terhadap aksi mahasiswa, dan menuntut kepada Presiden Joko Widodo, Menkopolhukam Wiranto, Kapolri Tito Karnavian untuk bertanggung jawab atas kasus kekerasan tersebut,”Jelas Basri Kader HMI IAIN Madura (25/05/2018)
Basri yang masih aktif menjadi Ketua bidang PTKP (Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan) HMI Cabang Pamekasan Komisariat IAIN Madura itu menilai, warga Indonesia yang mau menyampaikan aspirasi butuh perlindungan dan keamanan. Bukan justru menjadi ladang dan tidak mendapat perlakuan yang manusiawi.
“Dia bukan maling, dia bukan koruptor, kenapa mereka di siksa, mereka hanya menyuarakan haknya sebagai rakyat. Dan itupun menyampaikan aspirasi sudah di lindungi oleh undang-undang,” terang Basri.
Menurutnya, apa yang di suarakan mahasiswa terkait penuntasan reformasi justru berbanding terbalik dengan sikap dan tindakan aparat kepolisian dalam menjaga dan mengamankan para pengunjuk rasa. Olehnya, dia meminta kasus kekerasan dan brutal tersebut diusut tuntas.
“Kasus kekerasan aparat kepolisian terhadap pengunjuk rasa Mahasiswa ini harus segera di usut tuntas, dan para pelakunya harus di tangkap dan di adili serta di hukum seadil-adilnya,” tegasnya.
Sebelumnya, aksi demonstrasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO cabang Jakarta terkait refleksi 20 tahun reformasi berujung bentrok dengan petugas kepolisian di Istana Negara. Akibatnya, sekira tujuh orang peserta demo dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Tarakan karena pukulan aparat polisi. Hingga saat ini, kabarnya salah satu dari ketujuh pendemo tersebut masih dalam kondisi kritis.