Bukan Cuma Risma, Merekalah Sosok Yang Bikin Surabaya Cantik
SURABAYA, FaktualNews.co – Hari Minggu, biasanya dijadikan waktu bersama keluarga tercinta. Tapi, hari libur tersebut tidak berlaku bagi sebagian orang di kota Surabaya. Salah satunya petugas Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH), serta petugas Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Sejak pagi, sekelompok orang berkaos merah maron dan hijau bekerja membersihkan gorong-gorong di sepanjang jalan kota Surabaya. Sebagian lagi terlihat sedang menata taman yang ada disekitarnya. Ada juga yang bertugas merapikan ranting-ranting pohon, jika terlihat kurang nyaman, mereka terpaksa memotongnya.
Aktivitas seperti itu merupakan kegiatan rutin yang menjadi tanggung jawab para petugas DKRTH juga DPUBMP Pemkot Surabaya setiap hari, dan bagian dari pekerjaannya.
“Hari Minggu nggak ada libur, ini sudah menjadi tugas kami rutin dan dilakukan continue secara terus menerus. Saat ini kami sedang melakukan penanaman tanaman baru,” ujar salah satu Kepala Rayon DKRTH Pemkot Surabaya yang enggan menyebut identitasnya, Minggu (22/7/2018).
Sepanjang hari, mereka bertanggung jawab membuat Surabaya bersih, tak mengenal hari libur. Sebagai imbalan, berbagai penghargaan seputar kecantikan kota ini seringkali diterima. Banyak yang beranggapan itu adalah hasil kerja keras sang Walikota Tri Risma Harini semata, walaupun anggapan ini tak sepenuhnya salah.
Ada banyak pihak yang berkonstribusi penuh terhadap berbagai raihan prestasi yang disandang kota besar kedua setelah Jakarta tersebut. Yaitu para petugas DKRTH dan DPUBMP Pemkot Surabaya, yang tiap hari berada di lapangan berjibaku bersama debu serta kotoran.
Maka dari itu, bukan cuma Tri Risma Harini, sang walikota saja yang patut mendapat apresiasi, mereka juga selaiknya mendapat perlakuan sama, karena telah membuat Surabaya makin cantik.
Tanpa Penghargaan, THR Juga Tak Didapat. “Kerja kami ini nggak peduli imbalannya apa, kalau Surabaya dapat penghargaan ya syukur. Kita tidak diberi hadiah juga tidak apa-apa,” lanjutnya.
Lelah, sudah pasti. Tapi, bagi mereka hal tersebut bukan menjadi halangan yang berarti. Mereka beranggapan bahwa apa yang dikerjakan merupakan pekerjaan sekaligus ibadah.
“Pokoknya teman-teman bekerja tanpa imbalan (penghargaan) tidak apa-apa,” tegasnya.
Hari libur bukan satu-satunya waktu yang berat buat mereka. Ada hari-hari lain yang seharusnya sedikit longgar atau semestinya berada ditengah-tengah sanak famili. Tapi mereka tetap melakukan apa yang biasa dikerjakan setiap hari. Yakni ketika bulan Ramadan hingga pada saat hari raya tiba.
“Saat bulan Ramadan kerja kita tetap 8 jam, seperti biasa. Lebaran kemarin juga tidak libur, dibagi personelnya, giliran. Jika tidak masuk ya kena sanksi,” tukasnya.
Disinggung soal upah, pria berperawakan kurus ini mengatakan mendapat gaji sesuai Upah Minimum Kota (UMK) Surabaya. Namun, soal tunjangan dirinya mengaku hal tersebut tidak pernah diberikan Pemkot Surabaya.
“THR juga nggak dapat, nggak apa-apa sih,” kata dia sambil menahan malu.
Dari informasi yang dihimpun, petugas taman dalam bertugas dibagi menjadi lima titik dengan anggota sekitar 96 orang per rayon. Agar kerja maksimal, Pemkot Surabaya memperkerjakan tenaga outsourching tersebut berdasar 2 shift, selama 12 jam. Ketentuan ini, dijelaskannya juga berlaku bagi tim dibawah koordinasi DPUBMP Pemkot Surabaya.