FaktualNews.co

Cerita Pedagang Bendera Musiman di Surabaya, Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI

Ekonomi     Dibaca : 1266 kali Penulis:
Cerita Pedagang Bendera Musiman di Surabaya, Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI
FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/
Dedi Supriyadi sedang berjualan di wilayah Gayungan Kota Surabaya.

SURABAYA, FaktualNews.co – Jelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 73 Republik Indonesia, pedagang pernak-pernik perayaan kemerdekaan seperti bendera maupun umbul-umbul mulai banyak ditemukan di pinggir jalanan Kota Surabaya.

Pemandangan ini ditemukan sejak sepekan lalu, kebanyakan mereka datang dari berbagai kota yang ada di Jawa Barat.

“Saya datang mulai tanggal 28 bulan Juli kemarin,” singkat Dedi Supriyadi pria asal Desa Leles, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (4/8/2018).

Dedi menilai jiwa nasionalisme warga Surabaya sangat besar, itu dilihat dari antusias warga Surabaya membeli pernak-pernik kemerdekaan ditempatnya tinggi. Dan, kebanyakan berasal dari masyarakat umum yang hendak menyemarakkan perayaan kemerdekaan, “Surabaya bagus,” singkatnya.

Ia bersyukur atas kondisi tersebut, dan dikatakannya permintaan bakal terus meningkat hingga pada puncaknya nanti yang diprediksi terjadi pada hari Minggu tanggal 6 Agustus 2018 besok.

“Hari-hari (puncak pembelian) tanggal 6 sampai tanggal 10 besok,” tandasnya.

Dalam sehari, pendapatan yang ia peroleh diawal pekan penjualannya berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Menurutnya, itu juga tergantung dari hari kapan ia berjualan. Biasanya ia meraup banyak pendapatan pada saat hari libur.

“(Pendapatan) itu semuanya sama barang, masih kotor,” akunya. Angka sebesar itu baginya sangat besar, ia pun berkali-kali mengucap syukur atas rejeki yang didapat.

Di kota pahlawan ini ia datang bersama keluarga dan 100 teman-teman sekampung. Dan sementara tinggal di satu tempat di wilayah Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya. Barang dagangan yang ia jual disebut juga masih milik saudaranya.

“Ini dari kakak saya, kakak yang jahit saya yang jualin,” ucapnya, kental dengan logat Sunda ketika berbincang dengan media ini.

Dedi merinci lokasi mana saja yang dijadikan tempat memajang pernak-pernik perayaan kemerdekaan, yang katanya tiap tahun dilakukan. Antara lain di sepanjang jalan sekitar stasiun kereta api Wonokromo. Kemudian di sepanjang jalan menuju ke arah jembatan Suramadu wilayah Kenjeran, Kota Surabaya.

Dan ternyata, Surabaya bukan satu-satunya kota tujuan sebagai tempat menjual produk berbahan dasar kain tersebut. Ada beberapa kota di Pulau Jawa yang pernah ia singgahi untuk berdagang.

“Kadang dari Purwokerto, ke Solok, ke Banyumas, ke Purbalingga dan akhirnya ke Surabaya,” sebutnya.

Soal harga, ia sampaikan tergantung dari jenis dan ukuran barang yang dijual. Bendera merah putih berukuran 90 persegi misalnya, ia jual seharga Rp 18 ribu. Lalu bendera berukuran 120 persegi ia jual dengan harga Rp 25 ribu. Untuk umbul-umbul warna-warni ia pasang harga Rp 30 ribu.

“Paling mahal background (latar), paling bagus mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu, berukuran 10 meter,” katanya.

Sama seperti rekannya yang lain, Dedi mengambil barang dari tukang jahit dengan harga kulakan dan kemudian menjual dengan harga yang ia tentukan sendiri. Selisih dari penjualan itulah masuk ke kantong pribadinya.

“Di kakak saya misalnya bendera seharga Rp 10 ribu, di setorin jadi Rp 15 ribu. Kemudian saya jual Rp 18 ribu saya untung Rp 3 ribu, itu keuntungan saya,” terangnya.

Rencana ia beserta yang lain akan kembali ke daerah asal pada tanggal 16 Agustus 2018 esok, satu hari menjelang puncak perayaan kemerdekaan RI. Dan kembali melakoni pekerjaan utamanya sebagai tukang ojek online.

Kampung Leles Kampung Bendera

Pada kesempatan itu, Dedi bercerita tentang desa yang ditinggalinya. Kampung Leles, orang bilang dengan kampung bendera. Dikampung ini produksi bendera dilakukan secara besar-besaran oleh warga setempat, terlebih disetiap mendekati perayaan kemerdekaan RI seperti di bulan Agustus ini.

“Di Kampung Leles warga bukan hanya menjual tapi memproduksi besar-besaran,” katanya.

Hal ini bukan tanpa alasan, warga memproduksi bendera secara besar-besaran karena di kampung tersebut berdiri sebuah pabrik garment yaitu PT Kahatex. Kemudahan bahan baku inilah membuat warga banyak berprofesi sebagai tukang jahit bendera. Di pabrik itu pemilik usaha rumahan bisa membeli bahan kain untuk bendera seharga Rp 660 ribu per 100 meter.

Selama proses mulai produksi hingga berupa pernak-pernik perayaan kemerdekaan RI siap dipasang diceritakannya, setelah memperoleh bahan kain, pengusaha rumahan ini kemudian menjahitnya. Untuk upah bagi tukang jahit, diberikan Rp 1100 per per kodi.
“Untuk obras Rp 800 per kodi,” ucapnya.
Lalu, bagi pernak-pernik siap dikemas. Jasa tukang kemas ini sekitar Rp 1200 per kodi untuk jenis bendera, Rp 2000 per kodi untuk jenis umbul-umbul dan Rp 5000 per kodi untuk jenis latar.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul