MUI Jember Fasilitasi Panggung Debat Ilmiah, Soal Perbedaan Faham
JEMBER, FaktualNews.co – Banyaknya kasus perbedaan faham dan agama yang mengancam perpecahan di masyarakat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember akan memfasilitasi dengan adanya debat ilmiah untuk sejumlah kelompok yang bertikai.
“Memang cukup banyak (masalah perbedaan di masyarakat, red), makanya perlu diselesaikan satu-satu,” ujar Ketua MUI Jember Prof. Halim Subahar, Rabu siang (15/8/2018).
Salah satu solusi yang ditawarkan pihaknya yakni dengan memberikan panggung diskusi luar biasa kepada pihak-pihak yang saling berbeda pendapat tersebut.
“Ini forum awal, nanti akan ada debat ilmiah yang melibatkan semua ormas dan lembaga yang ada di Jember,” terang Halim. Dengan adanya debat ini nanti akan ada dasar kuat baik hadis, dalil maupun acuan yang digunakan oleh masing-masing kelompok.
Hal ini diakuinya penting agar masing-masing pihak bisa mengetahui apa yang menjadi dasar dari pihak lain itu. “Kita harus paham diri kita, baru kemudian memahami orang lain,” jelas Halim. Kalau sudah paham dan tahu apa yang menjadi dasar dan faham pihak lain maka nantinya diharapkan bisa memunculkan rasa saling menghormati dan menghargai.
Kedepan langkah yang diambil MUI tentu dengan mengundang pimpinan ormas untuk debat publik dan melakukan kajian bersama. Dengan dilakukan debat ini maka diharapkan tidak akan terjadi masalah di masyarakat. Tujuannya, tentu yakni menciptakan suasana kondusif di masyarakat lebih bisa terjaga.
Sementara itu, Ketua PCNU Jember Abdullah Syamsul Arifin mengakui pihaknya siap untuk melakukan kajian dialog ilmiah bersama secara terbuka. “Kami siap saja jika dilakukan debat ilmiah jika ada perbedaan lagi. Karena dengan debat ilmiah maka akan bisa dipahami bersama apa yang menjadi dasar di kalangan akademisi,” tandasnya.
“Jika kalangan pengurus dan fungsionaris dihantam faham (yang) bagaimana, tidak masalah. Karena sama-sama memiliki dalil dan dasar ilmu yang kuat. Tetapi jika masyarakat umum, maka akan sangat berbahaya,” sambungnya.
Menurutnya, yang terpenting hal ini tidak dipaksakan kepada masyarakat. “Karena kemampuan warga dan masyarakat umum terbatas,” katanya.
Senada dengan yang disampaikan, M. Arifin Badri selaku Ketua Yayasan STDI Imam Syafii mengaku juga siap jika memang dilakukan debat ilmiah kedepannya. “Ada sejumlah hal yang perlu dikaji bersama pihaknya dengan sejumlah tokoh agama di Jember. Itu yang perlu diskusikan,” tuturnya. (Hatta)