Peringati HUT Kemerdekaan RI, di Tuban Gelar Lomba Musik Tabuh Lesung
TUBAN, FaktualNews.co- Ada yang berbeda dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 73 ini dibandingkan dengan daerah lain. Ya, di Desa Kembangbilo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jatim, mempunyai cara tersendiri untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI tahun ini.
Nah, inilah cara merayakan HUT Kemerdekaan RI di desa Kembangbilo, yakni dengan menggelar lomba musik dengan menabuh lesung (tempat menumbuk padi) jaman dulu. Demikian ini adalah untuk bernostalgia mengenang masa lalu, terkait dengan keberdaan musik tabuh lesung yang semakin punah. Acara tersebut digelar di lapangan desa setempat pada Minggu, (19/08) sore.
Dengan suara alunan musik yang dihasilkan dari tabuhan lesung yang dilakukan ibu-ibu. Suasana perayaan HUT Kemerdekaan RI di Desa kembangbilo, semakin nampak meriah. ” Inilah cara kami untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI, “ujar salah seorang peserta tabuh lesung kepada FaktualNews.co.
Sebagaimana diketahui, lesung adalah alat tradisional menumbuk padi yang digunakan nenek moyang. Selain sebagai tempat penumbuk padi, lesung ketika itu juga digunakan sebagai alat untuk hiburan masyarakat. Bahkan, konon ketika itu, lesung juga digunakan untuk alat ritual jika ada warga yang hilang yang ditengarai digondol roh halus.
Salah seorang peserta lomba musik tabuh lesung Sholikah (61) mengatakan, tradisi tabuh lesung sudah dilakukan sejak turun temurun. Karena itu, ia sudah terbiasa memainkan alat ini sejak kecil. “Lesung ini biasanya juga ditabuh ketika ada gerhana, bencana, dan juga ketika ada syukuran, “ujarnya.
Menghadapi lomba musik tabuh lesung ini,Sholikah dan rekan-rekanya latihan selama satu minggu untuk mendapatkan suara musik terbaik dalam lomba. ” Agar bisa meraih musik tabuh lesung yang terbaik, kami bersama grup, latihan selama seminggu. Dan semoga dengan adanya lomba tabuh lesung ini bisa mempererat tali silaturrahim antar warga”. harap Sholikah.
Kepala Desa Kembangbilo, Rahmat mengatakan, festival tabuh lesung yang diikuti warga seluruh Rukun Tetangga (RT) Desa Kembangbilo, untuk melestarikan kesenian tradisional yang sudah lama hilang.
“Bisanya yang bisa memainkan alat ini hanya para orang tua yang usianya sudah 50 tahun keatas, “ungkap Rahmat.
Lebih lanjut Rahmat mengatakan, festival ini dimaksudkan sebagai media pendidikan karakter agar seni tradisional yang dimiliki pendahulunya tidak termakan oleh jaman. Karena biasanya alat ini hanya dimainkan oleh ibu-ibu lansia (lanjut usia).
“Festival ini gelar untuk memunculkan kembali kesenian tradisional yang sudah lama punah, serta agar bisa dipelajari anak-anak jaman sekarang, “pungkas Rahmat. (Junaidi Ahmad)