Ekonomi

Manfaatkan Lahan TKD, BUMDes di Sidoarjo Raup Ratusan Juta dari Pohon Pisang

SIDOARJO, FaktualNews.co – Memanfaatkan lahan Tanah Kas Desa (TKD) memang gampang-gampang sulit. Apalagi kalau untuk kepentingan masyarakat lebih-lebih agar warga sekitar sejahtera dan bisa menggerakkan roda perekonomian yang lebih baik dengan adanya pemanfaatan TKD tersebut.

Seperti ide Ahmad Fadil, Kepala Desa (Kades) Grinting, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Di tanah kas desa (TKD) setempat, dia mencoba memanfaatkan tanah 1 hektar dari luas keseluruhan 4,5 hektar dengan cara menanam pohon pisang berbagai jenis hingga mencapai 4.400.000 pohon.

“Saya bermimpi semua warga desa ikut menikmati hasilnya dari kebun pisang ini. Nanti bila panen, uang yang terkumpul akan kembali ke kas desa untuk selanjutnya digunakan bagi kesejahteraan warga desa,” ujar Ahmad Fadil, Sabtu (1/12/2018).

Jenis pohon pisang di lahan 1 hektar itu ada pohon pisang jenis susu, pisang gepok dan pisang raja. Ketiga pisang tersebut dipilih karena paling populer dan harga nya pun juga terjangkau di pasaran. “Awal menanam dulu sekitar akhir 2017 dan sekarang beberapa pohon sudah berbuah dan hasilnya bisa dinikmati bersama,” terangnya.

Dia memilih menanam pohon pisang karena hanya pohon pisang yang hasilnya paling bagus dan regenerasi pohon yang satu ke lainnya terus menerus sehingga tidak perlu pembaruan pohon. “Jadi menurut saya tidak ribet,” katanya.

Sebelumnya, lahan tersebut sempat disewa. Namun, perbandingan hasil yang diterima dari sewa dan dimanfaatkan sendiri, lebih banyak. Karena saat disewakan, pertahunnya mendapat Rp 7 juta. Berbeda kalau di manfaatkan sendiri seperti menanam pohon pisang yang hasil pertahunnya mampu menghasilkan sekitar RP 350 juta.

Ahmad mengaku, harga pisang juga relatif tinggi, pertandan bisa mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. “Saat panen pertama kemarin kami bisa menjual pertandan Rp 100 ribu untuk pisang gepok merah. Saat ini sudah banyak yang memesan pisang tersebut,” tambah Ahmad.

Membudidayakan pisang itu memang tidak mudah. Ia dan warga lainnya harus memahami cara menaman pohon pisang itu sendiri. Pada saat awal menggali lubang tidak boleh langsung ditanami, harus menunggu dua minggu baru ditanami, agar galian tersebut mendapatkan asupan oksigen.

“Agar perkembangan pohon pisang bisa maksimal, pohon pisang memerlukan air yang cukup. Kalau pada saat musim kemarau harus diberikan air di sekelilingnya,” terang Ahmad.

Dalam membudidaya pohon pisang ini, pihaknya melibatkan tujuh hingga dua belas warga desa yang tidak memiliki pekerjaan. Sejak awal tanam hingga sekarang untuk biaya perawatan hanya membutuhkan Rp 67 juta. Semua biaya itu ditanggung oleh BUMDes dan hasilnya pun juga masuk ke BUMDes.

“Hasil panen dari buah pisang ini di kelola oleh BUMDes, selain buahnya dijual ada sebagian kecil untuk pelatihan ibu-ibu membuat aneka makanan ringan,” pungkas Ahmad.